Tawakal Yang Utuh
“Setelah selesai
satu fase, maka kita akan berhadapan dengan fase berikutnya. Di setiap fase
kita pasti akan menemukan masalah dan tantangan yang berbeda, akan menemukan
kekhawatiran demi kekhwatiran atas sebuah ketidakpastian. Tugas kita adalah berusaha
menjadi yang tertangguh dalam menghadapi setiap tantangan dan masalah yang menyapa.”
Kadang kita
berfikir bahwa seseorang sangat bahagia karena telah mendapatkan target yang
dia inginkan. Lalu, kita menyimpulkan bahwa pekerjaan dia telah selesai
bersebab keberhasilannya mencapai hasil dari pertualangan yang dia tempuh atau
karena ia telah mampu menemukan jawaban dari kekhatiran yang selama ini
mencekamnya. Tapi kita sering lupa bahwa sebenarnya selesainya sebuah pekerjaan
adalah gerbang untuk memasuki pekerjaan berikutnya. Berhasilnya melewati sebuah
tantangan adalah sebuah bekal untuk menghadapi tantangan berikutnya.
Memang, segala
yang ada dalam kehidupan ini adalah misteri yang tidak seorang pun mengetahui
kecuali Allah Swt. Ia Pengnggam Segala Rahasia. Apa yang terjadi besok? Apa
yang terjadi dengan satu jam yang akan datang? Bahkan apa yang terjadi sedetik
yang akan datang tetap tidak mampu untuk kita mengetahuinya. Kita hanya mampu
menerka lalu menata usaha baik kita dan berharap bertemu dengan kehendak-Nya.
Lalu ia menjadi harmonis dan berbuah kebaikan. Sebab kebahagian ataupun
kesuksesan adalah pertemuan harmonis antara usaha keras kita dengan
kehedak-Nya.
Tentang misteri
masa depan yang tidak mampu kita ketahui sering sekali mengundang kekhawatiran
besar dalam batin kita. Hingga terkadang muncul ketakutan demi ketakutan yang
meresahkan. Entah itu jenis pekerjaan kita di masa depan, jodoh, rezeki dan
lain sebagainya. Adalah manusiawi jika sesekali kekhawatiran muncul dalam benak
kita. Tapi kekhwatiran dalam porsi besar tetap tidak dibenarkan karena itu
bukanlah ciri-ciri orang-orang Islam. Karena islam memiliki konsep sempurna
untuk mengusir kekhawatiran yaitu tawakal.
Suatu ketika Sang Ustazah
memberikan sebuah tausiyah yang membuat saya tersadar akan penyebab kegelisahan.
Ini kisah nyata tentang pengalaman beliau saat melewati masa-masa sulit di
Rumah Sakit. Masa sulit saat menatap bayinya yang baru berusia beberapa bulan
harus dioperasi beberapa kali. Masa-masa sulit bagi hati beliau saat menatap
buah hatinya tergeletak lemas diruang ICU. Masa-masa sulit yang mengundang setumpuk kegelisahan dalam
benaknya tentang kondisi kesehatan anaknya. Akankah ia selamat? Akankah ia
sehat kembali? Dan sederatan bisikan kegelisahan lainnya. Momen itu adalah
momen yang menguji tingkat tawakalnya beliau kepada Allah.
Hingga Sang Ustazah terus menguatkan diri dengan sebuah nasehat
Allah bahwa “anak adalah titipan Allah, anak adalah titipan Allah, anak
adalah titipan Allah, dan Allah berhak mengambilnya kapan saja”. Pesan yang
mendorong beliau untuk bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Tawakal yang
diiringi dengan usaha dan doa yang sungguh-sungguh. Hingga pertolongan Allah
akhirnya datang kepadanya, anak Ustazah tersebut sembuh.
Di waktu yang
lain, seorang Ustaz bercerita tentang muridnya yang kehabisan bekal saat melakukan
perjalan ke luar negeri. Dalam keadaan kantong kering ia ingin sekali membeli
jeruk untuk dikonsumsikan. Lalu, ia shalat hajat disebuah Mesjid dan berdoa
agar Allah mewujudkan keinginnya membeli jeruk. Singkat cerita, tibalah
seseorang yang secara tidak sengaja berjumpa dengannya dan secara kebetulan juga
berasal dari daerah yang sama dengan Sang Murid tersebut. Percakapan panjangpun
berlangsung. Hingga kemudian seseorang tersebut memberikan hadiah jeruk dan
sejumlah uang yang cukup bagi Sang Murid untuk melakukan perjalanan pulang ke
daerahnya.
Ketika tiba di
Aceh Sang Ustaz bertanya kepada muridnya
“Pengalaman apa
yang paling berkesan bagi kamu dalam perjalanmu”?
“Aku menemukan
hikmah yang untuk kesekian kalinya membuatku sadar bahwa Allah akan mencukupkan
kebutuhan orang-orang yang bertawakal. ”
Ya. Tawakal. Itulah konsep islam yang dianjurkan dalam menghadapi
misteri hidup ini. Tawakal bukan berarti pasrah, bukan berarti menyerah,
apalagi berarti putus asa. Bukan. Tawakal adalah kesadaran bahwa setiap yang
kita punya adalah titipan miliki-Nya. Maka Allah berhak untuk memberi, menjaga
dan mengambil kembali. Juga kesadaran akan keberadaan Allah yang akan selalu
menyelesaikan setiap urusan kita dengan baik. Kesadaran yang diikuti dengan
terus berusaha dan berdoa meminta pertolongan-Nya. Hingga hati kita pun jauh
dari kekhawatiran. Dan jika sesekali kekhawatiran itu hadir, kita pun paham
cara mengusirnya yaitu dengan tawakal. Ya, sebab ketika tawakal telah utuh dan
penuh kepada-Nya, maka semestinya tidak ada lagi ruang dalam hati untuk
kekhawatiran dan kegelisahan bergemuruh.
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya".
[Ath-Thalaq : 3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar