Kamis, 22 Desember 2011

Peran Ibu Dalam Membentuk Intelektualitas dan Moralitas Anak

PERAN IBU DALAM MENBENTUK INTELEKTUALITAS DAN MORALITAS ANAK
Masa anak-anak merupakan masa pembentukan watak yang utama. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaanya, maka sangat sukar untuk meluruskannya. Seperti pepatah bijak mengatakan”barangsiapa membiasakan sesuatu semenjak kecil, maka dia akan terbiasa dengannya hingga deasa. Imam Al-ghazali juga  mengatakan bahwa anak-anak merupakan amanah bai kedua orang tuannya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran dan gambar. Dia siap diukir dan cenderung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika dia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, di akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu, kedua orang tuanya sangat berperan dalam membimbing dan mengarahkan anaknya agar terbentuk intelektualitas dan moralitas anak yang baik.

 Intelektual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), diartikan sebagai “cerdas; berakal; dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan”, dan “(yang) mempunyai kecerdasan tinggi; cendikiawan”. Kata ini berasal dari “intelek” yang berarti “Psi daya atau proses pikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan; daya akal budi; kecerdasan berfikir”, dan “(kaum) terpelajar; cendikia”. Maka jelas, intelektual adalah kaum terpelajar, memiliki kecerdasan, dan berhubungan dengan pendaya-gunaan kecerdasannya untuk perbaikan masyarakat.Adapun moralitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya sopan santun, segala sesuatu yg berhubungan dng etiket atau adat sopan santun. Istilah moralitas kita kenal secara umum sebagai suatu sistem peraturan-peraturan perilaku sosial, etika hubungan antar-orang. Baik dan buruk, benar dan salah. Moralitas juga diartikan sebagai kesadaran akan loyalitas pada tugas-tanggungjawab.
Dalam membentuk intelektualitas dan moralitas anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan rumahnya. Karena yang pertama kali dilihat oleh anaknya adalah lingkungan rumahnya. Dan seorang ibu di dalam rumahya sangat berperan dalam hal ini. Karena Seorang Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ungkapan ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Sebagaimana ungkapan seorang penyair hafizh Ibrahim yaitu : “ seorang ibu adalah madrasah, apabila engkau mempersiapkannya berarti telah menyiapkan generasi muda yang baik dan gagah berani. Seorang ibu adalah guru pertama dari semua guru pertama yang pengaruhnya menyentuh jagat raya.” Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa adanya peranan besar seorang ibu dalam membentuk intelektualitas dan moralitas seorang anak.
Peran wanita sebagai ibu dalam membentuk inteletualitas dan moralitas anak telah ada sejak bayinya dalam kandungan. Sebagaimana dikemukakan dalam ilmu medis dan kedokteran, bahwa janin mendapatkan makanan dari ibunya melalui plasenta. Apa yang dimakan dan diminum oleh ibunya akan ditrasnmisikan oleh plasenta kedalam tubuh janin. Apabila ibu itu memakan makanan yang sehat, halalan thayyiban, baik secara material maupun prosedurer (cara memperoleh rezkinya), maka janin itu pun akan mendapatkan menu yang sehat pula, sebaliknya, jika ibunya meminun racun seperti menghisab rokok (nekotin) dan meminum yang memabukkan (alkohol), janin pun tak dapat menolaknya. Ini artinya setiap tindakan, perilaku dan cara berinteraksi ibu memberikan pengaruh yang besar bagi janin dan perkembangannya di masa-masa mendatang. Jika tindakan-tindakan atau cara berinteraksi ibunya baik, maka akan membentuk intelektualitas dan moralitas anak yang baik di masa depannya. Sebaliknya, jika tindakan-tindakan atau cara berinteraksi ibunya tidak baik, maka akan buruk bagi perkembangan anak di masa depannya. Pendeknya, syurga dan neraka yang akan ditemukan anak sangat tergantung pada tindakan seorang ibu kepada anaknya, terutama ketika anak-anak masih dalam kandungan.
            Betapa besarnya pengaruh seorang ibu terhadap anak-anaknya. Pengorbanan seorang ibu dalam merawat dan mendidik anaknya adalah hal yang tidak terbalaskan. Karena besarnya pengaruh dan perasaan ibu inilah yang mewajibkan seorang anak untuk mentaati kedua orang tuanya terutama ibunya. Hal ini Allah jelaskan dalam surat Luqman ayat 14-15
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ 
           
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(QS. Luqman : 14)
Ayat ini tidak menyebutkan jasa bapak, tetapi menekankan kepada jasa ibu. M.Quraish Shihab dalam tasfirnya Al-Misbah mengatakan bahwa hal Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak-anaknya karena kelemahan ibu,berbeda dengan bapak. Disisi lain, peran bapak dalam konteks kelahiran anak, lebih ringan dibandingkan dengan peran ibu. Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan penyusuan bahkan lebih dari itu. Maka, sudah  menjadi kewajiban untuk mentaati ibu dan meghormatinya walauun ibu tersebut adalah seorang ibu yang jahat, yakni mengajak kepada kemungkaran, seorang anak tetap harus menghormatinya. Besarnya perhatian ayat ini kepada ibu meurut penulis karena besarnya peranan ibu dalam medidik  anaknya.
            Jika kita melirik kepada sejarah tokoh-tokoh besar maka akan didapati seorang ibu yang terlibat dan berperan besar dibalik kesuksesan mereka. Untuk melihat adanya peran besar seorang ibu dalam mengatasi kebodohan, penulis mencoba memberikan contoh-contoh dari tokoh Islam berikut ini:
1.      Zubair bin Awwam bisa menjadi orang yang terkenal dan besar berkat jasa ibunya Shafiyyah binti Abdul Muthalib yang telah mencetak karakter yang terpuji dan sifat-sifatnya yang baik
2.      Ali Bin AbiThalib yang telah meraih hikmah, keutamaan, dan bimbingan akhlak mulia dari ibunya sendiri yang kaya dengan hikmah dan kemuliaan yaitu Fatimah binti Asad.
3.      Abdullah bin Ja’fartokoh pemuda Arab terkemuka dan terhormat, yang pernah ditinggal mati bapaknya sewaktu masih kecil. Ja’far telah mendapatkan penggemblengan dari ibunya Asma’ binti umais, juga mendapat pewarnaan berbagai keutamaan dan kemuliaan yang karenanya Asma’ menjadi tokoh wanita terkenal dalam sejarah Islam
4.      Mu’awiyah bin Abi Sufyan telah mewarisi kekuatan kepribadian dan kecemerlangan otak dari ibunya, Hindun Binti utbah, dan bukan dari ayahnya Abu sufyan
5.      Imam syafi’I yang tidak pernah melihat bapaknya sama sekali karena meniggal sejak dia masih menyusu. Ibunya yang membesarkan dan mendidik serta memberikan perhatian kepadanya.

Contoh tokoh-tokoh diatas tentu hanyalah sekelumit contoh tokoh-tokoh yang sukses dari baiknya didikan seorang ibu. Jika kita telusuri tentang keagungan tokoh besar Islam yamg telah penulis sebutkan diatas, maka akan didaapati seorang ibu yang benar-benar agung yang mengetahui bagaimana menanamkan ke dalam jiwa puteranya ruh-ruh kebesaran dan semangat.
Dari penjelasasn diatas, jelaslah terlihat bahwa peran ibu sangat besar dalam membentuk inteletualitas dan moralitas seorang anak. Dan penulis menyimpulkan bahwa dibalik pahlawan besar pasti selalu ada ibu yang agung. Di balik tingginya intelektualitas dan moralitas seorang anak pasti ada ibu yang agung. Jadi, lewat tulisan ini, penulis hendak menagatakan kepada para wanita yang bergelar “ibu” ataupun “calon Ibu”, jadilah ibu yang agung agar melahirkan generasi-generasi yang agung.



Daftar pustaka:
Abdul Hafizh Suwaid, Muhammad Nur, Mendidik Anak Bersama Nabi, Pustaka Arafah, Jawa Tengah, 2003.
Al-Hasyimi, Ali, Jati Diri Wanita muslimah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997.
Shihab,M. Quraish, Tafsir Al-Misbah,Vol.11,Lentera Hati, Jakarta, 2002.
Suharsono, Membelajarkan anak dengan cinta, Insiani Press, Jakarta, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar