Rabu, 21 Desember 2011

Surat cinta Untuk Bunda


                                                                                    Banda Aceh, 21 desember 2011-12-2011
Kepada ibunda tercinta
                                                                                                            Di
                                                                                                Rumah cinta

Assalamu’alaikum..wr…wb…
Kuawali surat ini dengan menyebut nama-Nya “Bismillah” dan mengucapkan pujian untuk-NYA yang hingga saat ini tak hentinya menghujani aku, bunda dan kita semua dengan berbagai kenikmatan yang tak pernah terbalasakan. Rabb yang selalu menjaga dinda, menjaga bunda dan kita semua.

Bunda…, !
bagaimana keadaan bunda selama ini? Rindu sekali menatap wajah bunda, wajah yang teduh, wajah menyejukkan hati dinda. Rindu sekali berada dalam dekapan bunda. Dekapan yang membuat lunaknya hati yang keras, dekapan yang membuat meleburnya masalah,  dekapan yang mendatangkan kedamaian .Bak embun pagi yang menyejukkan hati, bak hujan yang menyirami kegersangan permukaan bumi.
Bunda  Sehatkan..?  dinda harap bunda selalu dalam dekapan-NYA, dinda berharap Allah senantiasa memeluk bunda, menjaga dan merawat bunda.
Bunda…!
Hari ini hari yang istimewa untukmu..disetiap pelosok desa, disetiap sudut-sudut kota mengenang jasamu, mengenang kebaikanmu, mengenang kasih sayang yang kau curahkan untuk anak-anakumu, buah hatimu. Dunia mendoakanmu, alam ikut meluahkan rasa cinta untukmu. Ya, karena hari ini hari istimewamu  “hari ibu”
Bunda…!
Akupun turut hadir memberi kado indah di hari ini. Surat ini adalah hadiahku untukmu, surat ini ku tulis dari bisikan-bisikan cinta yang tertanam dalam hatiku. Dari kata-kata rindu yang terpatri di kalbu. Bunda..inilah surat cintaku untukmu.
Bunda….!
entah darimana harus ku mulai mengungkapkan rasa cinta ini….karena sulit sekali menguraikan kata-kata cintaku untukmu lewat pena ini., seakan-akan pena tak mampu menguraikan perasaan cinta ini, seakan-akan tinta ini tidak cukup mengukir rasa sayang ini. Karena jasamu yang begitu besar, karena kasih sayangmu yang begitu luas hingga tumbuh cinta yang besar dan kuat di hati ini untukmu bunda.
Bunda….!!
 Bunga yang kau rawat selama ini telah tumbuh besar. Bunga yang telah kau siram  selama ini telah tumbuh mekar. Bunda…tumbuhnya bunga ini karena engkau tak pernah berhenti memberikan energi buat dinda, kau ibarat akar yang terus menelusuri permukaan bumi untuk mencar air. Kau selalu siap  memberiku kekuatan, disaat musim hujan maupun kemarau panjang. Disaat tanah kehidupan menjadi gersang, bunga seakan-akan menjadi layu, tapi bunda…engkau tak berhenti mencari air hingga ke perut bumi,menembus kegersangan permukaan tanah,  engkau terus pinjamkan kekuatan pada matahari., hingga bunga terus bertahan dan bertahan, hingga bunga tak jadi layu, tak jadi patah. Tak peduli musim hujan atau kemarau panjang. Engkau selalu ada bagiku, tak pernah kau biarkan ku menjadi layu oleh gersangnya kehidupan. Hingga ku terus tumbuh dan bertahan.
Terima kasih bunda..atas perjuanganmu untukku.., terimakasih bunda atas energi  yang senantiasa yang kucarhkan untukku..hingga aku dapat terus bertahan hingga tumbuh mekar di taman kehidupan.
Bunda…!!
Sadar aku dengan kesalahan ku yang sering melukaimu, pena ini seakan-akan malu mengeluarkan tintanya menguraikan dosa yang pernah kuperbuat padamu. Seringnya dinda mebantah suruhanmu.., sering sekali dinda membuatmu tersakiti dengan tingkah lakuku. Sadar aku dengan buruknya tutur kataku. Terkadang terucap kata yang menyayat hatimu, bagaikan pedang yang tajam yang menghunus tubuhmu, bagaikan peluru yang menembak jasadmu. Padahal Allah telah beri nesahat untuk tidak boleh mengatakan “Ah” padamu. tapi, apa yang kuperbuat bunda..? lebih dari “Ah” aku pernah membantahmu.
malu aku bunda, aku malu dengan perangai burukku ini. Aku telah membantah nasehat Allah dan juga nasehatmu. tak mengindahkan nesehat-NYA dan juga naesahtmu. Maafkan aku bunda.
Bunda…!!
ku akui kesalahanku..ku akui dosa-dosaku,Rindu sekali aku berlutut dikakimu,Rindu sekali aku mencium tanganmu,memohon ampunmu,memohon maafmu..
Bunda…!!
Jemari lemahku ini hendak mengetuk pintu maafmu, sudikah engkau membuka pintu maaf untukku bunda? Bukalah pintu maafmu bunda. Agar aku mendapat keridaanmu dan keridhaan-Nya.
Bunda…..!!
Dinda ingin menyampaikan impian dinda, dinda ingiiiiin ingin sekali menjadi seorang hafizah. Kata Rasul jika seseorang bisa menghafal al-qur’an di akhirat  kelak nanti dia bisa memberikan  mahkota untuk ibunya. Mahkota dari cahaya yang yang sinarnya bagaikan sinar matahahari. Dan kata rasul dia juga bisa memberikan ibunya perhiasan yang  nilainya tidak tertandingi oleh dunia.
Ingin sekali impian ini tercapai bunda, dinda ingin sekali memberikan mahkota dan perhiasan itu untuk bunda. Bunda pasti akan terlihat sangat cantik dengan mahkota dan perhiasan itu. Dinda ingin menjadi bunga yang mengharumkan nama bunda di dunia dan akhirat, di depan manusia dan Allah Swt. Dinda ingin selalu bersama bunda dunia dan akhirat, dinda ingin Allah juga mengumpulakan dinda di syurga sebagaimana kita berkumpul di dunia.
Bunda…!!
Dinda haus dengan doamu, karena doa bunda menjadi senjata bagi dinda dalam berjuang menggapai impian ini, Dinda hauusss sekali bunda… Dinda mohon, tuangkan doamu selalu untukku, bantu aku mengetuk pintu kekuatan pada-NYA, agar aku kuat di jalan-NYA, agar aku kuat dalam perjuangan menggapai cita-cita.

Sebelum ku tutup surat ini..dinda ingin hadiahkan doa ini  untukmu bunda..
Rabbi…
Aku titip bunda  pada-Mu ya,peluklah ia selalu.
 Agar selalu berada dalam naungan-Mu
Dalam perlindungan-Mu
jika bunda dalam kesedihan..
Hiburlah ia ya Rabb..
Jika bunda dalam kelemahan..
Kuatkanlah ia ya Rabb..
Sayangi ia, cinta ia Ya Rabb sebagaimana ia telah mencintaiku di waktu kecil..Aamiin

Bunda…
Diperujung surat ini dinda ingin mengucapkan sesuatu..
Sesuatu yang sangat special..
Sesuatu yang berasal dari hati yang terdalam..
Boleh kan dinda mengucapkannya?

“Bunda..!!Dinda Mencintamiu karena Allah…”

                                                                                               













Banda Aceh, 22 Desember 2011
                                                                                                Anakmu yang selalu mencintaimu


                                                                                                            Majidah Nur










Tidak ada komentar:

Posting Komentar