Sabtu, 02 Januari 2016

Sahabat Syurga



            Teringat kisah Rasulullah Saw saat berpisah dengan istrinya Khadija r.a dan pamannya Abu Thalib. Perpisahan yang disebut dalam sejarah dengan istilah ‘umul huzni (tahun kesedihan). Perpisahan ini membuat Rasulullah merasakan kesedihan yang mendalam. Betapa tidak, dua kekasihnya sekaligus sahabat penguat imannya telah pergi untuk selama-lamanya.  Khadijah di panggil kepangkuan Allah swt lebih awal dari pamannya Abu Thalib. Tidak berjarak lama, dua kekasih Rasulullah ini memulai kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat. Hingga kemudian terjadinya sebuah peristiwa besar setelah kepergian dua kekasih Rasulullah Saw ini yaitu Isra’ Mi’raj. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi untuk menghibur hati Rasulullah Saw dengan memperlihat kekuasan-Nya dan mempertemukan beliau dengan Allah  Swt.

            Khadijah, satu-satunya perempuan dunia yang mendapatkan salam istimewa dari Allah swt. Salam cinta yang disampaikan Allah melalui malaikat Jibril. Khadijah, sosok perempuan yang pertama kali mengimanai Risalah yang dibaawa oleh Rasulullah Saw. Dalam dirinya terdapat potret istri shalihah atau istri ideal. Ia sangat setia menemani Rasulullah dalam duka dan suka. Ia menjadi penyemangat  bagi Rasulullah saat dihadang berbagai masalah. Ia yang memotivasi Rasulullah Saw yang saat dihadapkan oleh kegelisahan. Ia satu-satunya istri Rasulullah saw yang memberikan keturunan bagi Rasulullah Saw. Saat hidup bersamanya, Rasulullah tidak menikah dengan perempuan yang lain. Ia adalah perempuan yang sangat dermawan, tidak pernah enggan untuk menafkahkan kekayaan yang dimilikinya untuk didonasikan di jalan dakwah. Namanya sering disebutkan oleh Rasulullah meski jasadnya telah tiada. Hingga Aisyah r.a merasa cemburu dan berkata “ Aku tidak pernah merasa cemburu kepada wanita seperti cemburuku dengan khadijah. Sebab, meski ia telah tiada, Rasulullah sering sekali menyebut namanya dihadapan kami”. Khadijah adalah istri sekaligus sahabat syurganya Rasulullah Saw.
            Abu Thalib, pamanya Rasulullah Saw yang sangat disegani oleh kafir Quraisy. Setelah kepergian kakeknya Abdul Muthalib, Rasulullah melewati hari-harinya dengan tinggal bersama Abu Thalib. Meskipun hingga akhir hidupanya Abu Thalib tidak mengucapkan syahadat, namun ia senantiasa mendukung, melindungi dan bahkan mempercayakan apapun yang diucapkan oleh keponakannya, Muhammad Saw. Pernah suatu ketika di saat Rasulullah menyampaikan seruan dakwah secara terang-terangan dibukit safa, para kafir quraisy mendatangi Abu Thalib. Kedatangan mereka bertujuan untuk meminta Abu Thalib menghentikan Rasulullah dalam menyebarkan risalah. Namun, Abu Thalib tidak mau memenuhi permintaan mereka dan bejanji akan terus melindungi keponaannya, Muhammad Saw.
            Hadirnya sahabat yang mengingatkan kita untuk senantiasa dekat dengan Allah, senantiasa semangat berjalan menuju syurga Allah sangatlah penting. Lihatlah, Rasulullah Saw pun menangis dan bersedih saat dipisahkan oleh Allah dengan istri dan paman yang juga seperti sahabat iman dalam kehidupan Rasulullah Saw. Bahkan kesedihannya pun diabadikan dalam sejarah dengan sebutan ‘ummul huzi’ dan bahkan Rasulullah pun dihibur oleh Allah Swt setelah kepergian dua orang yang sangat menginspirasi dalam hidupnya. Tidak hanya dua sosok sahabat tersebut, Rasulullah juga didampingi oleh sosok sahabat syurga lainnya yang menguatkan Rasulullah dalam setiap perih dan tawanya. Seperti Abu bakar, Umar bin Khatab,Usman bin Affan, Ali bin  Abi Thalib, dan lain sebagainya.

Begitu juga Nabi Musa As yang meminta kepada Allah untuk dihadirkan sosok sahabat penguat dalam menjalankan amanahnya di bumi ini. Ia meminta dijadikan Harun As sebagai sahabat sahabat yang meneguhkan ia dan membantunnya dalam urusannya agar Musa As dan Harun menjadi lebih kuat dan dekat dengan Allah Swt (Lihat QS. Thah: 29-34). Sehebat para nabi, setinggi iman dan amalnya para kekasih-kekasih Allah ini saja merasa sangat butuh hadirnya sahabat penguat iman dan penyemengat menuju syurga-Nya, apalah lagi kita sebagai manusia biasa yang sering khilaf dan alpa. Maka kehadiran sahabat syurga adalah kebutuhan jiwa untuk menjaga stabilitas iman dan amal.
Al-Qur’an juga mengingatkan tentang pentingnya memilih sahabat. Kesalahan dalam memilih sahabat justru bisa menjebak kita ke neraka. Na’uzubillah. Seperti ayat berikut ini:

“Berkatalah salah seorang diantara mereka, Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai seorang teman, yang berkata “Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang membenarkan (hari bangkit)?. Apabila kita telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah kita benar-benar (akan dibangkitkan)  untuk diberi pembalasan?. Dia berkata, Maukah kamu meninjau (temanku itu). Maka dia meninjaunya, lalu dia melihat (temannya) itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Dia berkata, Demi Allah, engkau hampir saja mencelakanku, dan sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (QS. As-Saffat: 51-57)
Di ayat yang lain, Allah swt berfirman:
Wahai, celakalah aku, sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku). Sungguh, dia telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika (Al-Qur’an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia. (Qs. Al-Furqan: 28-29)
           
            Ayat-ayat ini mengisyaratkan pentingnya memilih sahabat agar selamat dan tidak tersesat, agar tidak terjemurus ke arah keburukan yang dimurkai Allah Swt. Lalu, siapakah sahabat yang baik dan bagaimana karakternya? Di dalam ayat yang lain Allah telah menyebutkan sahabat-sahabat yang baik. “ Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’: 69).
            Suatu ketika, Rasulullah pernah ditanyakan oleh sabahat tentang sahabat manakah yang paling baik, Rasulullah menjawab bahwa sahabat yang baik adalah yang mengingatkan kamu kepada Allah apabila melihatnya, dan bertambah ilmumu apabila mendengar pebicaraanya, dan mengingatkan kamu kepada Allah apabila melihat amalannya. Di dalam hadist yang lain, Rasulullah juga memberikan perumpaan sahabat yang baik seperti penjual minyak wangi, dan sahabat yang buruk seperti tukang besi. Bersahabat dengan penjual minyak akan keciprat harumnya, sedangkan bersahabat dengan tukang besi akan terbakar atau kerkena asabnya. MasyaAllah, betapa indahnya ajaran Islam yang mengatur segala sisi kehidupan dengan sempurna, termsuk dalam bersahabat. Itulah mengapa umar bin khattab mengatakan bahwa nikmat yang paling berharga selepas iman dan islam adalah memiliki sahabat yang shaleh. Wallahu A’lam
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar