Teringat
kisah Rasulullah Saw saat berpisah dengan istrinya Khadija r.a dan pamannya Abu
Thalib. Perpisahan yang disebut dalam sejarah dengan istilah ‘umul huzni (tahun
kesedihan). Perpisahan ini membuat Rasulullah merasakan kesedihan yang
mendalam. Betapa tidak, dua kekasihnya sekaligus sahabat penguat imannya telah
pergi untuk selama-lamanya. Khadijah di
panggil kepangkuan Allah swt lebih awal dari pamannya Abu Thalib. Tidak
berjarak lama, dua kekasih Rasulullah ini memulai kehidupan yang sebenarnya
yaitu akhirat. Hingga kemudian terjadinya sebuah peristiwa besar setelah
kepergian dua kekasih Rasulullah Saw ini yaitu Isra’ Mi’raj. Ada riwayat yang
menyebutkan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi untuk menghibur hati Rasulullah Saw
dengan memperlihat kekuasan-Nya dan mempertemukan beliau dengan Allah Swt.
Khadijah, satu-satunya perempuan
dunia yang mendapatkan salam istimewa dari Allah swt. Salam cinta yang
disampaikan Allah melalui malaikat Jibril. Khadijah, sosok perempuan yang
pertama kali mengimanai Risalah yang dibaawa oleh Rasulullah Saw. Dalam dirinya
terdapat potret istri shalihah atau istri ideal. Ia sangat setia menemani
Rasulullah dalam duka dan suka. Ia menjadi penyemangat bagi Rasulullah saat dihadang berbagai
masalah. Ia yang memotivasi Rasulullah Saw yang saat dihadapkan oleh
kegelisahan. Ia satu-satunya istri Rasulullah saw yang memberikan keturunan
bagi Rasulullah Saw. Saat hidup bersamanya, Rasulullah tidak menikah dengan
perempuan yang lain. Ia adalah perempuan yang sangat dermawan, tidak pernah
enggan untuk menafkahkan kekayaan yang dimilikinya untuk didonasikan di jalan
dakwah. Namanya sering disebutkan oleh Rasulullah meski jasadnya telah tiada.
Hingga Aisyah r.a merasa cemburu dan berkata “ Aku tidak pernah merasa cemburu
kepada wanita seperti cemburuku dengan khadijah. Sebab, meski ia telah tiada,
Rasulullah sering sekali menyebut namanya dihadapan kami”. Khadijah adalah
istri sekaligus sahabat syurganya Rasulullah Saw.
Abu Thalib, pamanya Rasulullah Saw
yang sangat disegani oleh kafir Quraisy. Setelah kepergian kakeknya Abdul
Muthalib, Rasulullah melewati hari-harinya dengan tinggal bersama Abu Thalib.
Meskipun hingga akhir hidupanya Abu Thalib tidak mengucapkan syahadat, namun ia
senantiasa mendukung, melindungi dan bahkan mempercayakan apapun yang diucapkan
oleh keponakannya, Muhammad Saw. Pernah suatu ketika di saat Rasulullah
menyampaikan seruan dakwah secara terang-terangan dibukit safa, para kafir quraisy
mendatangi Abu Thalib. Kedatangan mereka bertujuan untuk meminta Abu Thalib
menghentikan Rasulullah dalam menyebarkan risalah. Namun, Abu Thalib tidak mau
memenuhi permintaan mereka dan bejanji akan terus melindungi keponaannya,
Muhammad Saw.
Hadirnya sahabat yang mengingatkan
kita untuk senantiasa dekat dengan Allah, senantiasa semangat berjalan menuju
syurga Allah sangatlah penting. Lihatlah, Rasulullah Saw pun menangis dan
bersedih saat dipisahkan oleh Allah dengan istri dan paman yang juga seperti
sahabat iman dalam kehidupan Rasulullah Saw. Bahkan kesedihannya pun diabadikan
dalam sejarah dengan sebutan ‘ummul huzi’ dan bahkan Rasulullah pun dihibur
oleh Allah Swt setelah kepergian dua orang yang sangat menginspirasi dalam
hidupnya. Tidak hanya dua sosok sahabat tersebut, Rasulullah juga didampingi
oleh sosok sahabat syurga lainnya yang menguatkan Rasulullah dalam setiap perih
dan tawanya. Seperti Abu bakar, Umar bin Khatab,Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lain sebagainya.
Begitu juga Nabi Musa As yang meminta kepada Allah untuk dihadirkan
sosok sahabat penguat dalam menjalankan amanahnya di bumi ini. Ia meminta
dijadikan Harun As sebagai sahabat sahabat yang meneguhkan ia dan membantunnya
dalam urusannya agar Musa As dan Harun menjadi lebih kuat dan dekat dengan
Allah Swt (Lihat QS. Thah: 29-34). Sehebat para nabi, setinggi iman dan amalnya
para kekasih-kekasih Allah ini saja merasa sangat butuh hadirnya sahabat
penguat iman dan penyemengat menuju syurga-Nya, apalah lagi kita sebagai
manusia biasa yang sering khilaf dan alpa. Maka kehadiran sahabat syurga adalah
kebutuhan jiwa untuk menjaga stabilitas iman dan amal.
Al-Qur’an juga mengingatkan tentang pentingnya memilih sahabat.
Kesalahan dalam memilih sahabat justru bisa menjebak kita ke neraka.
Na’uzubillah. Seperti ayat berikut ini:
“Berkatalah
salah seorang diantara mereka, Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah
mempunyai seorang teman, yang berkata “Apakah sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang membenarkan (hari bangkit)?. Apabila kita telah mati dan telah
menjadi tanah dan tulang belulang, apakah kita benar-benar (akan
dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?.
Dia berkata, Maukah kamu meninjau (temanku itu). Maka dia meninjaunya, lalu dia
melihat (temannya) itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Dia berkata,
Demi Allah, engkau hampir saja mencelakanku, dan sekiranya bukan karena nikmat
Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (QS. As-Saffat: 51-57)
Di
ayat yang lain, Allah swt berfirman:
Wahai,
celakalah aku, sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan sifulan itu teman akrab
(ku). Sungguh, dia telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika
(Al-Qur’an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia.
(Qs. Al-Furqan: 28-29)
Ayat-ayat ini mengisyaratkan
pentingnya memilih sahabat agar selamat dan tidak tersesat, agar tidak
terjemurus ke arah keburukan yang dimurkai Allah Swt. Lalu, siapakah sahabat
yang baik dan bagaimana karakternya? Di dalam ayat yang lain Allah telah
menyebutkan sahabat-sahabat yang baik. “ Dan barang siapa yang menaati Allah
dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang
diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenenaran,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’: 69).
Suatu ketika, Rasulullah pernah
ditanyakan oleh sabahat tentang sahabat manakah yang paling baik, Rasulullah
menjawab bahwa sahabat yang baik adalah yang mengingatkan kamu kepada Allah
apabila melihatnya, dan bertambah ilmumu apabila mendengar pebicaraanya, dan
mengingatkan kamu kepada Allah apabila melihat amalannya. Di dalam hadist yang
lain, Rasulullah juga memberikan perumpaan sahabat yang baik seperti penjual
minyak wangi, dan sahabat yang buruk seperti tukang besi. Bersahabat dengan
penjual minyak akan keciprat harumnya, sedangkan bersahabat dengan tukang besi
akan terbakar atau kerkena asabnya. MasyaAllah, betapa indahnya ajaran Islam
yang mengatur segala sisi kehidupan dengan sempurna, termsuk dalam bersahabat. Itulah
mengapa umar bin khattab mengatakan bahwa nikmat yang paling berharga selepas
iman dan islam adalah memiliki sahabat yang shaleh. Wallahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar