Minggu, 06 September 2015

Untuk mu, Anak Ideologisku


           
Bertemu denganmu tentu bukan tanpa alasan. Allah pasti punya tujuan tersendiri kenapa kita
dipertemukan. Entah itu pertemuannya dengan sengaja di rancang, dipertemukan secara tiba-tiba oleh-Nya,
dijumpakan oleh orang lain atau lembaga dakwah kampus atau bahkan aku menemukan nomor hp mu dari secarik kertas yang diberikan orang lain padaku. Entah pertemuan kita berusia seminggu, sebulan, beberapa bulan, setahun atau sudah beberapa tahun. Yang pastinya, dengan cara bagaimanapun dan se-usia berapapun kita bertemu, kita telah saling menantap wajah, bersapa, bersalam mesra, saling berkenalan, lalu melewati hari bersama-sama dalam majelis ilmu yang kita sebut lingkaran cinta.


            Menyelami tujuan Allah mempertemukan kita mungkin tidak mampu ku lakukan dengan sempurna, Sebab Allah selalu punya sejuta hikmah yang terkadang tidak mampu kita pahami atas berbagai kejadian dan ciptaannya. Tapi sedikitnya aku sadar bahwa hadirmu telah banyak memberi pelajaran dalam hidupku. Tentang menjadi seorang guru, sahabat, syaikhah bahkan orang tua sekaligus untukmu. Ini peran yang tidak mudah untuk ku lakukan menyadari bahwa aku sendiri punya banyak keterbatasan ilmu dan amal ibadah yang terkadang menurun. Apalagi peran sebagai orang tua yang aku sendiri belum berkeluarga dan masih mempelajari tugas itu dari berbagai materi dan buku. Belum lagi statusku sebagai mahasiswa yang terkadang punya tugas pribadi yang menumpuk untuk diselesaikan. Aku harus membagi waktu untukmu, untuk keluargaku, untuk kuliahku, untuk organisasiku, dan untukku sendiri. Disinilah aku menyadari bahwa benar sekali apa yang dikatakan oleh imam syahid Hasan Al-Banna. Sebuah nasehat yang mengatakan bahwa  “Kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia. Andaikan saja waktu dapat dibeli, maka aku ingin membelinya dari para penganggur”.
            Tidak hanya itu, aku juga belajar untuk perbanyak sabar dalam menghadapi berbagai macam karaktermu. Bersabar untuk menunggu jika ada yang telat datang. Bersabar jika ada yang tidak datang dalam mejalis rutin yang kita buat dengan alasan capek, lelah karena tugas kuliah, malas keluar rumah dan alasan yang tidak syar’I lainnya dan bersabar jika ada yang tidak datang tanpa ada alasan dan tanpa ada pemberitahuan. Berbagai macam karakter ini semakin menyadarku bahwa berdakwah itu butuh proses. Dan berdakwah adalah mengajak, bukan mengejek. Berdakwah adalah menasehati bukan memarahi. Berdakwah butuh kesabaran yang berlapis-lapis dan tahan banting dalam menghadapi berbagai karakter objek yang didakwahi.

Untukmu, Anak Ideologisku.
            Bertemu denganmu juga mengajariku untuk pentingnya menjaga emosi. Menahan amarah agar tidak lepas dari kendali aturan Islam. Meski terkadang aku menyadari bahwa rawut wajahku tidak mampu menyembunyikan suasana hati. Dan itu manusiawi. Atau bahkan aku pernah memuhasabah sikapmu dengan sederetan nasehat yang membuatku sendiri menangis saat menyampaikannya. Menangis menahan dentuman-dentuman amarah yang bergemuruh di dada. Hingga suatu ketika dalam sebuah pertemuan dengan ustaz Salim A Fillah aku semakin disadarkan oleh nasehatnya bahwa “Marah hanya boleh terjadi karena dua hal, yaitu ketika Allah , Rasul dicerca dan  ketika agama Islam dihina. Adapun jika permasalahan pribadi, yang disakiti adalah kita pribadi, maka tak ada hak untuk bersikap marah”
            Bersama-sama denganmu dalam lingkaran cinta kita, membuatku terus termotivasi untuk meningkatkan kualitas ilmu dan ibadahku. Betapa tidak, aku akan sangat malu jika bacaanku sedikit sedangkan tugasku adalah membimbing dan mendidikmu. Aku sangat malu saat melihat hafalan Al-Qur’an ku sedikit, tahajudku yang tidak rutin atau Al-Matsuratku yang sering terlupakan. Darimu aku termotivasi untuk terus melayakkan diri menjadi seorang murabbi yang tangguh, murabbi yang super, murabbi yang menginspirasi. Meski ku sadari hingga kini aku belum bisa memberikan banyak hal untukmu.
            Pengalaman demi pengalaman yang pernah kita alami bersama, mengajariku untuk benar-benar mampu menjawab bersikap jujur dalam menjawab pertanyaan darimu. Menjawab jika memang bisa dijawab dan menuna menjawab jika tika mampu dijawab. Pernah suatu ketika aku ditanya oleh seorang anak ideologisku yang dilamar oleh seorang lelaki. Lalu ia bertanya tentang bagaimana mengetahui jawaban dari shalat istikharah?. Aku sendiri masih bingung untuk menjawabnya sebab belum pernah shalat istikharah dalam urusan tersebut. Hingga jawabannya ku tunda, lalu aku pun bertanya pada yang ahlinya. Pengalaman ini menyadarkanku bahwa tugas murabbi sebagai guru, sahabat, syaikhah dan orang tua sangatlah berat.
Untukmu, Anak Idelogisku
Persaudaraan kita memang bukan persaudaraan sedarah, tapi imanlah yang membuat ukhwah selama ini terjalin dengan harmonis. Tidak ada yang menginginkan perpisahan ini sebenarnya. Kakak masih tetap terus bersama kalian. Belajar bersama disetiap pekan. Menghafal dan saling menyimak hafalan Al-Qur’an di setiap pertemuan, berbagi cerita dalam agenda kabar-kabari yang kita agendakan. Belajar masak-masak bersama, pigi rihlah, berziarah dan agenda lainnya. Namun perpisahan terkadang menjadi pilihan manakala ada perjuangan lain yang harus ditempuh.
Anakku, Adik-adikku…
Perlu kalian tahu bahwa kakak akan sangat bahagia bila melihat anak-anaknya semakin tumbuh menjadi lebih baik dalam dalam hal ilmu, ibadah dan amanah. Semakin baik prestasinya dikampus, semakin meningkat hafalan Al-Qur’annya, bertanggung jawab dengan amanah yang diberikan kepadanya. Apalagi jika kemudian anak-anaknya juga telah menjadi murabbi bagi yang lainnya. Betapa hati murabbi akan bahagia sebab doa-doanya di jawab oleh Allah Swt. Doa untuk menjadikanmu pribadi yang istiqamah di jalan-Nya. Berkarya untuk-Nya dan karena-Nya.           
Anakku..
Kakak pasti akan sangat bersedih jika kemudian mendapati anak-anak kakak, adik-adik kakak yang terjatuh dalam jurang pacaran, atau tidak lagi berjilbab dengan sempurna, kaus kakinya yang tidak lagi dipakai, amanah yang diabaikan, prestasi kuliah yang menurun. Kakak akan menangis jika kemudian mendengar bahwa ada adik-adik kakak yang sudah berani memposting foto mesranya dengan yang bukan mahram di facebook, BBM, atau bahkan berani berduan di dunia nyata. Sebab, kaka telah menganggap kalian bagian dari diri kakak, kalian telah menempati posisi di hati kakak, dan tidak ada lain yang kakak harapkan kecuali kalian menjadi semakin shalihah, berprestasi dunia akhirat.
Anakku..
Semoga kalian tidak seperti itu. Kakak berharap kalian tetap istiqamah menjaga diri, fokus pada memperbaiki diri menjadi lebih shalihah, fokus pada membahagiakan orang tua bukan memikirkan yang belum halal untuk dipikirkan.
Anakku…
Istiqamahlah dalam menghadiri halaqah. Sebab ia adalah bengkel untuk memperbaiki diri kita yang sering lupa. Kita butuh lingkungan orang-orang shalih/ah untuk bisa selamat hingga sampai tujuan kita yaitu syurga-Nya. Kita butuh saling menasehati dan saling mengingatkan agar tidak merugi. Sungguh, halaqah adalah sarana untuk memenuhi kebutuhuhan itu. Sungguh, halaqah itu nikmat sekali. Jika hari ini kalian belum mampu menemukan kenikmatan halaqah, yakinlah dengan terus istiqamah dan niat yang benar, kalian akan mampu merasakannya.

Terakhir ingin ku sampaikan..
Jika kelak kalian diberikan kenikmatan oleh Allah berupa syurgaNya dan  kalian tidak menemukan wajah kakak di sana. Tolong tanyakan keberadaan kakak pada-Nya. Dan tolong mengemislah pada-Nya agar kakak juga ditempatkan di syurga-Nya agar kita sama-sama bisa bernostalgia dan beristrirahat abadi di kasur-kasur empuk di dalam syurga Allah. Dan nasehati kakak jika telah lengah dan lalai menjaga diri.
Semoga sedikitnya ilmu yang pernah kakak sampaikan selama ini bermanfaat. Semoga keterbatasan kakak selama ini dalam menjalankan peran sebagai murabbi dimaafkan. Semoga Allah mempertemukan kita kembali pada waktu indah yang dituliskan-Nya. Aku mencintaimu karena Allah, Anak idelogisku.
Jangan nakal ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar