Menyelami tujuan
Allah mempertemukan kita mungkin tidak mampu ku lakukan dengan sempurna, Sebab
Allah selalu punya sejuta hikmah yang terkadang tidak mampu kita pahami atas berbagai
kejadian dan ciptaannya. Tapi sedikitnya aku sadar bahwa hadirmu telah banyak
memberi pelajaran dalam hidupku. Tentang menjadi seorang guru, sahabat,
syaikhah bahkan orang tua sekaligus untukmu. Ini peran yang tidak mudah untuk
ku lakukan menyadari bahwa aku sendiri punya banyak keterbatasan ilmu dan amal
ibadah yang terkadang menurun. Apalagi peran sebagai orang tua yang aku sendiri
belum berkeluarga dan masih mempelajari tugas itu dari berbagai materi dan
buku. Belum lagi statusku sebagai mahasiswa yang terkadang punya tugas pribadi
yang menumpuk untuk diselesaikan. Aku harus membagi waktu untukmu, untuk
keluargaku, untuk kuliahku, untuk organisasiku, dan untukku sendiri. Disinilah
aku menyadari bahwa benar sekali apa yang dikatakan oleh imam syahid Hasan
Al-Banna. Sebuah nasehat yang mengatakan bahwa “Kewajiban lebih banyak dari waktu yang
tersedia. Andaikan saja waktu dapat dibeli, maka aku ingin membelinya dari para
penganggur”.
Tidak hanya itu,
aku juga belajar untuk perbanyak sabar dalam menghadapi berbagai macam
karaktermu. Bersabar untuk menunggu jika ada yang telat datang. Bersabar jika
ada yang tidak datang dalam mejalis rutin yang kita buat dengan alasan capek,
lelah karena tugas kuliah, malas keluar rumah dan alasan yang tidak syar’I lainnya
dan bersabar jika ada yang tidak datang tanpa ada alasan dan tanpa ada pemberitahuan.
Berbagai macam karakter ini semakin menyadarku bahwa berdakwah itu butuh
proses. Dan berdakwah adalah mengajak, bukan mengejek. Berdakwah adalah
menasehati bukan memarahi. Berdakwah butuh kesabaran yang berlapis-lapis dan
tahan banting dalam menghadapi berbagai karakter objek yang didakwahi.
Untukmu, Anak Ideologisku.
Bertemu denganmu
juga mengajariku untuk pentingnya menjaga emosi. Menahan amarah agar tidak
lepas dari kendali aturan Islam. Meski terkadang aku menyadari bahwa rawut
wajahku tidak mampu menyembunyikan suasana hati. Dan itu manusiawi. Atau bahkan
aku pernah memuhasabah sikapmu dengan sederetan nasehat yang membuatku sendiri
menangis saat menyampaikannya. Menangis menahan dentuman-dentuman amarah yang
bergemuruh di dada. Hingga suatu ketika dalam sebuah pertemuan dengan ustaz
Salim A Fillah aku semakin disadarkan oleh nasehatnya bahwa “Marah hanya boleh
terjadi karena dua hal, yaitu ketika Allah , Rasul dicerca dan ketika agama Islam dihina. Adapun jika
permasalahan pribadi, yang disakiti adalah kita pribadi, maka tak ada hak untuk
bersikap marah”
Bersama-sama
denganmu dalam lingkaran cinta kita, membuatku terus termotivasi untuk
meningkatkan kualitas ilmu dan ibadahku. Betapa tidak, aku akan sangat malu
jika bacaanku sedikit sedangkan tugasku adalah membimbing dan mendidikmu. Aku sangat
malu saat melihat hafalan Al-Qur’an ku sedikit, tahajudku yang tidak rutin atau
Al-Matsuratku yang sering terlupakan. Darimu aku termotivasi untuk terus
melayakkan diri menjadi seorang murabbi yang tangguh, murabbi yang super,
murabbi yang menginspirasi. Meski ku sadari hingga kini aku belum bisa
memberikan banyak hal untukmu.
Pengalaman demi
pengalaman yang pernah kita alami bersama, mengajariku untuk benar-benar mampu
menjawab bersikap jujur dalam menjawab pertanyaan darimu. Menjawab jika memang
bisa dijawab dan menuna menjawab jika tika mampu dijawab. Pernah suatu ketika
aku ditanya oleh seorang anak ideologisku yang dilamar oleh seorang lelaki.
Lalu ia bertanya tentang bagaimana mengetahui jawaban dari shalat istikharah?.
Aku sendiri masih bingung untuk menjawabnya sebab belum pernah shalat
istikharah dalam urusan tersebut. Hingga jawabannya ku tunda, lalu aku pun
bertanya pada yang ahlinya. Pengalaman ini menyadarkanku bahwa tugas murabbi
sebagai guru, sahabat, syaikhah dan orang tua sangatlah berat.
Untukmu, Anak Idelogisku
Persaudaraan kita memang bukan persaudaraan sedarah, tapi imanlah
yang membuat ukhwah selama ini terjalin dengan harmonis. Tidak ada yang
menginginkan perpisahan ini sebenarnya. Kakak masih tetap terus bersama kalian.
Belajar bersama disetiap pekan. Menghafal dan saling menyimak hafalan Al-Qur’an
di setiap pertemuan, berbagi cerita dalam agenda kabar-kabari yang kita
agendakan. Belajar masak-masak bersama, pigi rihlah, berziarah dan agenda
lainnya. Namun perpisahan terkadang menjadi pilihan manakala ada perjuangan
lain yang harus ditempuh.
Anakku, Adik-adikku…
Perlu kalian tahu bahwa kakak akan sangat bahagia bila melihat
anak-anaknya semakin tumbuh menjadi lebih baik dalam dalam hal ilmu, ibadah dan
amanah. Semakin baik prestasinya dikampus, semakin meningkat hafalan Al-Qur’annya,
bertanggung jawab dengan amanah yang diberikan kepadanya. Apalagi jika kemudian
anak-anaknya juga telah menjadi murabbi bagi yang lainnya. Betapa hati murabbi
akan bahagia sebab doa-doanya di jawab oleh Allah Swt. Doa untuk menjadikanmu
pribadi yang istiqamah di jalan-Nya. Berkarya untuk-Nya dan karena-Nya.
Anakku..
Kakak pasti akan sangat bersedih jika kemudian mendapati anak-anak
kakak, adik-adik kakak yang terjatuh dalam jurang pacaran, atau tidak lagi
berjilbab dengan sempurna, kaus kakinya yang tidak lagi dipakai, amanah yang
diabaikan, prestasi kuliah yang menurun. Kakak akan menangis jika kemudian
mendengar bahwa ada adik-adik kakak yang sudah berani memposting foto mesranya
dengan yang bukan mahram di facebook, BBM, atau bahkan berani berduan di dunia
nyata. Sebab, kaka telah menganggap kalian bagian dari diri kakak, kalian telah
menempati posisi di hati kakak, dan tidak ada lain yang kakak harapkan kecuali
kalian menjadi semakin shalihah, berprestasi dunia akhirat.
Anakku..
Semoga kalian tidak seperti itu. Kakak berharap kalian tetap
istiqamah menjaga diri, fokus pada memperbaiki diri menjadi lebih shalihah,
fokus pada membahagiakan orang tua bukan memikirkan yang belum halal untuk
dipikirkan.
Anakku…
Istiqamahlah dalam menghadiri halaqah. Sebab ia adalah bengkel
untuk memperbaiki diri kita yang sering lupa. Kita butuh lingkungan orang-orang
shalih/ah untuk bisa selamat hingga sampai tujuan kita yaitu syurga-Nya. Kita
butuh saling menasehati dan saling mengingatkan agar tidak merugi. Sungguh,
halaqah adalah sarana untuk memenuhi kebutuhuhan itu. Sungguh, halaqah itu
nikmat sekali. Jika hari ini kalian belum mampu menemukan kenikmatan halaqah,
yakinlah dengan terus istiqamah dan niat yang benar, kalian akan mampu
merasakannya.
Terakhir ingin ku sampaikan..
Jika kelak kalian diberikan kenikmatan oleh Allah berupa syurgaNya
dan kalian tidak menemukan wajah kakak
di sana. Tolong tanyakan keberadaan kakak pada-Nya. Dan tolong mengemislah
pada-Nya agar kakak juga ditempatkan di syurga-Nya agar kita sama-sama bisa
bernostalgia dan beristrirahat abadi di kasur-kasur empuk di dalam syurga
Allah. Dan nasehati kakak jika telah lengah dan lalai menjaga diri.
Semoga sedikitnya ilmu yang pernah kakak sampaikan selama ini bermanfaat.
Semoga keterbatasan kakak selama ini dalam menjalankan peran sebagai murabbi
dimaafkan. Semoga Allah mempertemukan kita kembali pada waktu indah yang
dituliskan-Nya. Aku mencintaimu karena Allah, Anak idelogisku.
Jangan nakal ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar