Assalamu'alaikum akhwatfillah,,,
Kembali ke topik. Seperti inilah perjuangan. Mustahil untuk tidak menemukan tantangan dan cobaan. Maka, dalam kebersamaan ini, kita hendaklah senantiasa untuk saling mendorong dan saling memompa semangat untuk terus mendaki perjuangan ini. Sepahit dan selelah apapun itu. Agar, kita dapat sama-sama menikmati indahnya pemandangan diujung perjuangan, agar kita dapat sama-sama menikmati lezatnya jamuan Allah ketika sampai di puncak pertualangan.Ya, di Syurga Allah. Itulah puncak pendakian yang ingin kita capai. Lalu, kita saling bersandar disana, untuk melepasakan lelah, melepaskan beban dalam istirahat yang abadi. Dan, kitapun saling bercerngkerama dan bercerita bahwa di dunia kita pernah menjalin cinta dalam kebersamaan, merajut rindu dalam bingkai ukhwah, menyatukan semangat dalam berpetualang untuk terus sampai syurga Allah. Maka, Keberadaan saudara yang saling menasehati dalam kebersamaan adalah sebuah niscaya. Tak dapat dipungkiri. Karena perjuangan untuk mendekati-Nya tidak mampu kita tempuh sendiri.
Semoga kita mampu mengambil semangat dari sahabiyah Rasulullah Saw yang telah melukis sejarah emas di masa hidupnya. Seperti Nasibah Binti Ka'ab yang menjadi perisai Rasulullah dalam perang uhud, atau seperti Asma binti Sakan yang berani bertanya kepada Rasulullah dengan terus terang, atau seperti Khansa yang merelakan keempat anaknya Syahid dalam medang perang dan sahabiyah lainnya. Mungkin, kita memang tidak bisa seutuhnya seperti mereka. Tapi, setidaknya kita adalah wanita yang terus berusaha menjadi seutuhnya bidadari. Yang hadirnya di rindui makhluk bumi, yang kiprahnya di cemburui oleh wanita langit.
Dalam
kebersamaan di jalan Allah, kita gapai impian syurgawi. Semoga Allah
senantiasa membantu dan membimbing kita dalam mendekati-Ny, menjadi
muslimah syar'i, berprestasi dan menginspirasi. Aamiin ya Allah.
#Tulisan ini ditulis pasca acara SIDDI 28 di Ampee Awee, 7 Mei 2014
Lama tidak menyapa di dumay. Semoga selalu dalam semangat yang membara,
iman yang semakin menyubur, hati yang damai dan fisik yang sehat.
Aamiin
Akwatfillah, perjuangan ini tidak ubahnya seperti pendakian gunung.
Mental kita diuji dan niat untuk mendaki pun terusik saat melihat
betapa banyaknya bebatuan dan terjal di pegunungan. Teringat saat
mendaki gunung di pertualangan SIDDIQ
28. Ketika saya sudah mulai ingin menyerah dan ingin berhenti untuk
mendaki padahal tinggal beberapa langkah lagi, ada dorongan yang kuat
dari adik-adik panitia. "Ayo kak majidah, sedikit lagi, naik terus!.
Bagus kali pemandangan disini" teriak mereka di atas puncak gunung. Hati saya
pun berbisik "Jika mereka bisa sampai ke puncak gunung, kenapa saya nggak?. "Oke semangaat
majidaaah!", saya memompa semangat diri sendiri". Akhirnya pendakian pun
terus dilanjutkan walau dengan nafas tersengal-sengal, keringat yang
semakin bercururan dan alhamdulillah sampai juga di puncak. Walaupun
pada akhirnya bingung dan ketakutan pada saat turun, Haha
Kembali ke topik. Seperti inilah perjuangan. Mustahil untuk tidak menemukan tantangan dan cobaan. Maka, dalam kebersamaan ini, kita hendaklah senantiasa untuk saling mendorong dan saling memompa semangat untuk terus mendaki perjuangan ini. Sepahit dan selelah apapun itu. Agar, kita dapat sama-sama menikmati indahnya pemandangan diujung perjuangan, agar kita dapat sama-sama menikmati lezatnya jamuan Allah ketika sampai di puncak pertualangan.Ya, di Syurga Allah. Itulah puncak pendakian yang ingin kita capai. Lalu, kita saling bersandar disana, untuk melepasakan lelah, melepaskan beban dalam istirahat yang abadi. Dan, kitapun saling bercerngkerama dan bercerita bahwa di dunia kita pernah menjalin cinta dalam kebersamaan, merajut rindu dalam bingkai ukhwah, menyatukan semangat dalam berpetualang untuk terus sampai syurga Allah. Maka, Keberadaan saudara yang saling menasehati dalam kebersamaan adalah sebuah niscaya. Tak dapat dipungkiri. Karena perjuangan untuk mendekati-Nya tidak mampu kita tempuh sendiri.
Semoga kita mampu mengambil semangat dari sahabiyah Rasulullah Saw yang telah melukis sejarah emas di masa hidupnya. Seperti Nasibah Binti Ka'ab yang menjadi perisai Rasulullah dalam perang uhud, atau seperti Asma binti Sakan yang berani bertanya kepada Rasulullah dengan terus terang, atau seperti Khansa yang merelakan keempat anaknya Syahid dalam medang perang dan sahabiyah lainnya. Mungkin, kita memang tidak bisa seutuhnya seperti mereka. Tapi, setidaknya kita adalah wanita yang terus berusaha menjadi seutuhnya bidadari. Yang hadirnya di rindui makhluk bumi, yang kiprahnya di cemburui oleh wanita langit.
#Tulisan ini ditulis pasca acara SIDDI 28 di Ampee Awee, 7 Mei 2014
subhanallah, terus berkarya kak majidah. wah kurang lebih telah 8 bulan ya tulisan di atas sebab insyallah sabtu ini 17 Januari 2015 akan ada SIDDIQ 29. eummmmm, bisa dikatakan terlambat sih untuk bacanya but tak apa kan??? semoga untuk kedepan semakin semangat menulisnya ya kak, di tunngu lho tulisan yang lainnya. its tulisan yang di bukukan itu apa kabarnya kak udah gak sabar juga untuk bacanya:) semangat menulis
BalasHapusassalamualaikum kakak majidah,,
BalasHapussubhanallah... bagus sekali ,smoga dengan tulisan kakak nhe, bisa jadi motivasi untuk kita semua..AMIIIN
assalamualaikum kakak majidah,,
BalasHapussubhanallah... bagus sekali ,smoga dengan tulisan kakak nhe, bisa jadi motivasi untuk kita semua..AMIIIN