Senin, 28 Oktober 2013

Sepotong Sejarah di Kota Sada Kata


Oleh: Majidah  Nur
Hampir disetiap momen MTQ selalu dimeriahkan dengan kunjungan tempat wisata. Biasanya acara ini diselipkan ketika semua cabang perlombaan MTQ selesai tampil babak final. Dan, pada MTQ ke-31 tingkat provinsi tahun ini, panitia telah meng-agendakan wisata islami yang wajib diikuti oleh semua kontingen dari berbagai kabupaten.
Awalnya saya memprediksikan bahwa  kami diajak bermain ke pantai islami atau sejenis tempat rekreasi lainnya, seperti kunjungan wisata yang biasa pernah dilaksanakan pada beberapa ajang MTQ tahun sebelumnya. Dan ternyata prediksi saya salah, karena wisata dalam ajang MTQ tahun ini berbeda. Panitia menyampaikan bahwa wisata islami yang dimaksudkan adalah berkunjung ke pemakaman Syekih Hamzah Fansuri.
Tepat hari minggu (30/6/2013) sekitar Jam 09.00 semua kontingen diintruksikan untuk segera berangkat menuju Desa  Oboh, kecamatan Runding. Disinilah ulama sufi itu dikebumikan. Perjalanan yang indah ini ditemani oleh hijaunya pemadangan kebun sawit sepanjang jalan. Walaupun sedikit khawatir akan keselamatan diri karena jalur jalan raya menuju tempat tersebut dipenuhi terjal dan lubang-lubang.
Sekitar jam 10.00 WIB kami tiba ditempat yang dituju. Seperti kebiasaanya, banyak para panitia dan peserta MTQ yang mendokumentasi lokasi pemakaman tersebut. Dan saya beserta beberapa peserta dari Kabupaten Nagan Raya sempat mewawacarai seorang bapak yang bertindak sebagai pengawal makam Syeikh Hamzah Fanshuri. Menurut keterangan beberapa pengawal lain  mengatakan bahwa bapak tersebut lebih banyak mengetahui informasi tentang Syeikh dibandingkan mereka. Karena itulah kami memilih beliau untuk diwawancarai. Dan kebetulan, kami lupa menanyakan nama bapak ini. Beberapa pertanyaan pun akhirnya kami lontarkan untuk mendapatkan informasi dari beliau.


Sekilas beliau menceritakan tentang  perjalanan Hamzah Fanzuri hingga jasadnya dikebumikan di Kota Subulusslam yang memiliki semboyan “Sada Kata” ini. Tentang kelahiran dan meninggalnya Syeikh, beliau tidak dapat menceritakan secara jelas. Pun, tentang karya-karya Syeikh dan peninggalan-peninggalan lainnya juga tidak ada satu pun yang tersisa ditempat tersebut. “Sebenarnya karya beliau ada, tapi semuanya sudah tidak ada lagi disini” kata pengawal tersebut. Menurut keterangan beliau, dulu masih tersisa beberapa karya beliau di tempat ini, tapi karya tersebut kemudian di ambil oleh pengunjug sehingga tidak tersisa lagi.
Peninggalan yang tersisa di tempat ini adalah “Balee” pengajian yang dulunya dipergunakan oleh Syeikh beserta murid-muridnya sebagai tempat berkumpul dan belajar bersama. Tapi, bangunan tersebut sudah terlihat sangat tua dan tidak terfungsikan dengan baik. Menurut keterangan pengawal ini, pengajian di “balee” tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Hanya saja tidak seberapa efektif lagi.
Balai Pengajian Syeikh Hamzah Fansyuri
Kondisi Ruangan di Dalam Balee Pengajian

Pembicaraan kami dengan pihak pengawal tersebut juga didengar oleh seorang panitia dari Kabupaten Simeelue. Beliau juga berpesan kepada bapak pengawal ini untuk meminta kepada pemerintah kota Subulussalam untuk dituliskan biografi singkat Syeikh dan dipulikasikan di sekitaran pemakaman beliau agar dapat dibacakan oleh setiap pengunjug dan  memudahkannya dalam mendapatkan informasi singkat tentang sejarah kehidupan Syeikh  dan karya-karya peninggalannya.
Terlihat para peserta kurang puas dengan informasi yang didapatkan dari pengawal tersebut. Karena beliau belum mampu memberikan keterangan banyak. “Kami juga kurang tau nak, karena cerita ini kami dengarkan dari nenek-nenek kami” Ujar beliau disetiap pertanyaan yang belum mampu beliau berikan jawaban dengan baik.
Foto dari samping



Foto dari depan
Ini tentu menjadi tugas kita bersama untuk meneliti lebih lanjut tentang Ulama Sufi yang menjadi kebanggaan Aceh hingga saat ini. Dan mengabadikan kisah beliau dalam tulisan. Agar sepotong sejarah emas ini tidak terus memudar atau bahkan lenyap dan padam. Walaupun mungkin oleh sejarawan sudah ada yang melakukan penelitian dan pembukuan tentang kehiupan Syeikh, tapi perlu untuk disampaikan kepada masyarakat agar tidak awam dan buta tentang hal ini. Agar kisah ini dapat terus tersampaikan dari generasi ke generasi untuk di ambil semangat perjuangannya dan menjadi pelajaran bagi rakyat “seramoe mekah” khususnya dan Indonesia umunya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar