Selasa, 16 Juli 2013

Meneladani Kesuksesan Bisnis Rasulullah

#PenaKamiTidakPuasa
Ajaran Islam sangat memotivasi seseorang untuk bekerja atau berusaha dan menentang keras untuk meminta-minta (mengemis) kepada orang lain. Islam tidak membolehkan kaum penganggur dan pemalas menerima shadaqah tetapi orang tersebut harus didorong agar mau bekerja dan mencari rezeki yang halal sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, “Bila seseorang meminta-minta harta kepada orang lain untuk mengumpulkannya, sesungguhnya dia mengemis bara api. Sebaiknya ia mengumpulkan harta sendiri.” (H.R. Muslim).

            Selain itu, Islam juga sangat menghargai orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah mencium  tangan sahabat Saad bin Muadz Al-Anshari yang gosong tersengat matahari, kering kerontang dan kasar. Sahabat yang lain pun bertanya, kenapa baginda Rasulullah SAW melakukan hal itu. Rasulullah SAW pun menjelaskan bahwa tangan itu tidak akan disentuh oleh api neraka, tangan itu adalah tangan yang dicintai Allah Swt dan Rasulnya karena tangan itu digunakan untuk bekerja keras menghidupi keluarganya.
Saat kita berbicara tentang bekerja atau berbisnis maka Rasulullah merupakan sosok yang paling pantas menjadi rujukan. Bahkan, dalam berbagai bidang pun Rasulullah tetap pantas menjadi teladan. Sejarah membuktikan bahwa Rasulullah telah meraih kesuksesan dalam berbagai bidang. Baik dalam bidang dakwah, perang, militer, negara , rumah tangga, dan bisnis.
            Salah satu kesuksesan yang patut kita contohkan adalah kesuksesan Rasulullah dalam bidang bisnis. Sifat kepribadiannya yang terkenal adalah giat dan semangat dalam bekerja. Sekalipun beliau sudah menjadi Rasul dan berkedudukan tinggi tapi beliau tetap melakukan pekerjaannya sehari-hari. Rasulullah menambal sendiri jubahnya yang robek atau menambal sendiri terompahnya yang putus talinya. Beliau juga membawa sendiri barang-barang yang dibelinya di pasar. Maka, tidaklah berlebihan jika kita menyebutnya sebagai The Great Motivator bagi umatnya.


Potret Perjalan Bisnis
Rasulullah terlahir dalam keadaan yatim. Ayah nya meninggal saat beliau masih dalam kandungan. Belum genap enam tahun, Rasulullah harus kembali kehilangan orang tercintanya yaitu ibunda yang bernama Aminah. Kondisi yang yatim piatu sejak dini membuatnya harus bekerja keras demi kelangsungan hidupnya dan ini terus dilakukannya sampai lebih dari separo hidupnya. Telah banyak aktivitas yang telah beliau jalani sejak kecil mulai dari menggembala kambing, menjadi buruh hingga menjadi pedagang besar.
Jika kita mengkaji kepribadian Rasulullah lebih dalam maka kita akan mendapatkan bahwa jiwa enterpreunership sudah dipupuk dalam dirinya sejak usia 12 tahun. Ketika itu pamannya Abu Thalib mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam, yakni negeri yang meliputi  Syiria, Jordan dan Lebanon saat ini.
Demikan juga sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh besar bersama pamannya, beliau telah ditempa untuk tumbuh sebagai wirausahawan yang madiri. Maka pada usia 17 tahun ketika pamannya tidak bisa lagi terjun langsung menangani usaha, beliau diserahi wewenang penuh untuk mengurusi seluruh bisnis pamannya. Dan dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis beliau  karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain-pemain senior dalam perdagangan.
Pada usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan enterpreunership beliau. Terbukti dengan terpincutnya hati perempuan konglimerat Makkah Khadijah binti Khuwailid yang meminangnya menjadi suami. Setelah mendapatkan back up financial yang lebih dari sang isteri sepak terjang bisnis Muhammad semakin meroket. Dan beliau berhasil menjadi orang yang paling kaya raya di jazirah Arab waktu itu dan beliau adalah eksekutif muda garda depan yang paling disegani dan dihormati.
Pada usia 37 tahun beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnnya. Dari usia 37 tahun ini ke usia 40 tahun beliau lebih banyak terlibat dalam perenungan perbaikan masalah sosial masyarakat sekitarnya yang jahiliah.       


Rahasia Sukses
Sebagai calon seorang Rasul, beliau telah menunjukkan keluhuran akhlak sejak usia belia dan ini beliau terapkan dalam bisnis. Sifat kejujuran yang terlihat dari kepribadian beliau membuat masyarakat percaya terhadapnya. Bahkan An-Nashr bin Al-Harits musuhnya pernah menyaksikan dan dan mengakui kejujuran beliau dengan berkata “semasa dia muda kami suka kepadanya lantaran dia jujur, paling lurus perkataannya dan paling setia memegang janji.  Oleh karena itu, penduduk Makkah memberi gelar untuknya dengan gelar Al-Amin atau Mr. Clear..  
Berkaitan dengan keluhuran akhlak Rasulullah, Muhammad Syafi’i Antonio dalam bukunya berjudul “Teladan Bisnis Rasulullah” berkata bahwa Rasulullah Saw telah memberikan contoh pola bisnis yang luhur. Beliau mencotohkan bahwa kepercayaan (trust) adalah modal yang paling berharga dalam usaha. Dengan modal kepercayaan inilah Rasulullah membangun kesuksesan bisnisnya.
Kepercayaan ini beliau peroleh karena keluhuran akhlaknya. Salah satunya adalah kejujuran beliau dalam berdagang. Berbicara mengenai kejujuran yang dipraktekkan Rasulullah dapat kita lihat sewaktu beliau menjualkan barang dagangan Khadijah, barang-barang yang dijualnya amblas terjual. Dan, ternyata salah satu kuncinya adalah kejujuran. Pada waktu itu berdagang dengan kejujuran dan keterbukaan sangat langka didapat. Dan Rasulullah memulai dengan caranya sendiri. Walhasil, dengan kejujuran itu banyak yang suka membeli barang dagangannya.
 Karena itulah, Afzalurrahman (pemikir muslim asal Pakistan) dalam bukunya “Muhammad as a Trader” menyebutkan bahwa Rasulullah bisa sukses bisnis hanya bermodal kejujuran. Katanya, berdagang cara Rasulullah adalah berdagang dengan berjualan kejujuran, keadilan dan menjaga hubungan baik. Rasulullah telah mewarisakn petunjuk-petujuk agar mengakkan kejujuran dan meminta agar menjaga hubungan baik dan ramah dengan para pelanggan dalam berdagang dan berniaga. Itulah rahasia kesuksesan dalam perdagangan.
Sekelumit kisah emas diatas cukup menjadi bukti bahwa Rasulullah patut dan pantas untuk dicontohkan. Ia telah membuktikan pada dunia bahwa orang yang lahir dalam keadaan miskin dan yatim piatu seperti dirinya juga berhak dan bisa sukses, kaya dan terpandang. Bahwa orang yang lahir dengan tidak memiliki modal material seperti dirinya juga bisa menjadi orang yang terkaya asal mau berusaha dengan tekun dan cerdas. Ia juga membuktikan bahwa ketidakmampuan dalam baca tulis (ummi) bukanlah halangan untuk sukses, kaya dan sejahtera.
Karena itu, jika hari ini kita terlahir sebagai orang yang miskin maka bandingkanlah dengan Rasulullah yang terlahir tanpa seorang ayah yang kemudian juga kehilangan ibunya. Jika hari ini kita mengeluh karena pendidikannya rendah maka bercerminlah pada Rasululah yang mememiliki ketidakmampuan dalam baca tulis (ummi). Dan jika hari ini kita masih mengeluh karena tiada modal untuk bekerja maka belajarlah pada Rasulullah yang memulai bisnisnya dengan tiada modal materi. Dengan seperti itu tidak ada alasan lagi untuk mengeluh. Terakhir, pertanyaan saya : masih ada alasankah untuk  tidak bekerja?
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar