Muslim
mana yang tidak mengetahui peristiwa besar dibalik tanggal 12 Rabiul awal?. Ya,
sebuah tanggal yang istimewa bagi umat-umat islam. Sebab, pada hari itulah
sosok pembawa peringatan dan berita gembira itu hadir ke dunia. Ia telah
membawa segumpalan cahaya seperti rembulan yang menerangi jiwa-jiwa yang
gersang yang tiada mamiliki iman di dadanya . Dialah yang bernama
Muhammad putra dari Abdullah dan Aminah.
Kehadiran
Rasulullah telah berhasil menduduki tempat istimewa di hati umat Islam sehingga
seluruh umat Islam di dunia ikut memperingati
hari kelahirannya. Di Indonesia sendiri, peringatan
maulid nabi dijadikan sebagai hari besar yang dijadikan sebagai libur nasional.
Berbagai macam bentuk ekspresi cinta umat islam kemudian ditunjukkan dalam
rangka merayakan dan mengenang hari lahirnya nabi Muhammad saw.
Di Aceh, perayaan maulid nabi SAW memiliki
ciri khas tersendiri. Disamping waktu pelaksanaan dan nama, ciri khusus
tersebut juga terlihat dari bentuk perayaan, sarana dan berbagai masakan Aceh
yang mengundang perhatian.
Bagi masyarakat Aceh, memperingati hari
kelahiran Rasulullah SAW (12 Rabiul Awwal) dalam bentuk “Kenduri Mauled”
diselenggarakan di dalam tiga 3 bulan yaitu bulan Rabiul Awwal (mulod
awai), Rabiul Akhir (mulod teungoh) dan pada bulan Jumadil Awal (mulod
akhe).
Selain itu, keunikannnya juga terlihat dari adanya“bue
kulah” beserta lauk pauk mulai dari gulai ayam kampung, gulai kambing,
gulai ikan, telur bebek, sayur nangka, buah-buahan, kue dan lain-lain. Makana-makanan
tersebut dibungkus dengan tudung saji berkainkan berenda emas. Tudung saji
tersebut berbentuk kerucut dengan warna dominan hijau, kuning, dan hitam yang
dinamakan sebagai “Idang Meulapeh”.
Namun,penting untuk disadari bahwa ekspresi cinta dengan tradisi seperti penulis
uraikan diatas belum cukup untuk membuktikan kecintaan kita kepada Nabi
Muhammad SAW. Walaupun, dalam tradisi “Kenduri Mauled” di Aceh juga
bersampulkan lantunan shalawat, zikir dan syair-syair mengagungkan Allah SWT
yang kita kenal dengan istilah “Barzanji”. Tapi, pada kenyataannya ruh
untuk mencontohkan akhlak Rasulullah secara sempurna masih sangat menipis dalam
jiwa kita.
Bukti cinta sejati kita kepada
Rasulullah sebenarnya adalah dengan mencontoh dan meneladani sikap dan perilaku
beliau dalam kehidupan sehari-hari. Imam al-Qadhi ‘Iyadh al-Yahshubi
berkata: “Ketahuilah bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan
mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia
tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti
nyata)”. Maka orang yang benar dalam pengakuan mencintai Rasulullah
adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya. Tanda
(bukti) cinta kepada Rasulullah yang utama adalah dengan meneladani
beliau , mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya,
melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri
dengan adab-adab (etika) yang beliau contohkan, dalam keadaan susah maupun
senang dan lapang maupun sempit .
Untuk
mencontohi dan meneladani sikap dan perilaku Rasulullah kita perlu mengenalnya
lebih dekat dengan menelusuri kemulian akhlak Rasulullah saw lewat Al-Qur’an,
hadist dan sejarah. bagaimana kita akan
menanamkan nilai-nilai akhlak Rasulullah ke dalam kepribadian kita jika kita belum
mengetahui kepribadian Rasulullah?. Karena itu, penting bagi umat islam untuk mengenal
lebih dekat Rasulullah SAW. Seperti sebuah ungkapan yang sering kita kenal “tak
kenal maka ta’aruf’.
Kemulian Akhlak Rasulullah
Sejarah tidak mampu mengingkari betapa mulia dan indahnya akhlak
Rasulullah saw. Dalam dirinya telah tertanam kesempurnaan akhlak yang patut di
contohkan oleh umatnya. Hingga, istrinya bernama Aisyah mengatakan bahwa akhlak
Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Dan Allah
juga membenarkan ha ini dalam firmanya:
“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab : 21)
Dan sesungguhnya kamu(Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang agung.
”(Al-
Qalam : 4)
Sebagai seorang nabi, beliau menunjukkan
sifat-sifat sabar, lemah lembut, toleransi, tegar dan istiqomah dalam ajaran
yang dibawanya, terutama tentang aspek akidah. Salah satu bukti kesabaran beliau
yaitu ketika berhijrah ke Thaif. Berbagai ejekan dan perlakuan buruk dilakukan
oleh masyarakat Thaif terhadapnya. Bahkan mereka melemparkan batu ke arah
beliau hingga menjadi basah oleh lelehan darah.
Hampir saja malaikat penjaga gunung membalikkan gunung Akhsyabaini terhadap
penduduk Thaif karena perlakuan buruk mereka terhadap Rasulullah. Namun, karena
kemulian akhlak Rasulullah berkata “bahkan aku berharap kepada Allah agar mengeluarkan
dari kalangan mereka orang-orang yang menyembah Allah semata dan tidak
menyukutannya’’. Subhanallah, adakah sosok yang lebih sempurna akhlaknya dari
Rasulullah?.
Sebagai seorang suami, Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak
tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang
ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur.
Disaat
detik menjelangp wafatnya, kata-kata cinta untuk umatnya masih terucap dari
lisannya. Ummati..ummati..ummati. Bukan! bukan Fatimah putrinya yang beliau
hiraukan. Tapi, beliau malah mengkhawatirkan nasib umat-umatnya. Bahkan,
ketikan rasa sakit sakaratul maut beliau rasakan, beliau mengaduh dengan
berkata "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja
semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. " Inilah kekuatan cinta Rasulullah kepada
umatnya. Maka, masih adakah hati yang tidak tersentuh jiwanya untuk membalas
cinta yang mulia itu?. Ini hanyalah
sekelumit kisah kemulian akhlak Rasulullah dari serangkaian sejarahnya.
Jangan Sekedar Kanduri
“Kenduri Mauled” memiliki peran sentral
untuk menyadarkan umat dan masyarakat Aceh khususnya akan nikmat yang telah
Allah SWT berikan kepada kita, agar kita dapat membangkitkan semangat untuk
kembali menghidupkan sunnah-sunnah nabinya. Al-Qaradhawi mengatakan, “Ketika
berbicara tentang peristiwa Maulid, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat
pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan
kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh
syari’at, dan sangat dibutuhkan
Tradisi “Kenduri Mauled” bagi
masyarakat Aceh janganlah hanya dimaknai dengan makan bersama yang identik
dengan hura-hura dan mubazir. Tetapi,
selayaknya harus bisa menanamkan spirit dalam jiwa kita untuk mempelajari sejarahnya
dan mengindahkan sunnah-sunnahnya. Al-Qaradhawi juga berkata bahwa “Peringatan
Maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah SAW,
mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan
abadi, misi yang Allah tegaskan sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Semoga dengan kejujuran dan ketulusan
dalam mencintai sang kekasih Allah ini, kita bisa menerima dengan lapang dada
segala nasihat dari mana pun datangnya. Cinta yang tulus akan terbukti dengan
keteladanan, bukan dengan hawa nafsu, apalagi sekadar menjalankan tradisi
semata.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar