Sebab, telah banyak kisah yang telah
terukir di jalan ini. Rasa bahagia, sedih, lelah, air mata bahkan mungkin tetesan darah.
Semua rasa itu pernah mewarnai perjalan
ini. Dan, mungkin kita tidak dapat berjumpa untuk saling menyapa dan saling mengenal,
tidak dapat bertemu untuk saling berbagi kisah bahagia, perih dan pilunya
perjuangan ini. Dengan goresan pena ini penulis berharap dapat mengabadikan
kisah perjuangan dakwah bersama mujahid/mujahidah Ar-Risalah dan berbagi
inspirasi serta pengalaman dengan pembaca
semuanya. Jikapun ajalnya menjemput--tentu pasti akan dijemput--, Semoga tarian
pena ini menjadi penyemangat bagi siapapun pembaca yang akan meneruskan
perjuangan ini. Sebab, tulisan itu lebih abadi daripada ucapan lisan. Karena itulah saya menuliskan jejak perjuangan ini.
Walau mungkin kisah ini tidaklah sehebat
kisahya para nabi, para syuhada-syuhada yang
telah gugur di jalan dakwah ini. Walau mungkin masa kepengerusun
kami tidaklah segemilang masa kepengurusan
dulu atau tidak segemilangnya masa Rasulullah, masa kepemimpinan khalifah umar bin khattab atau kahlifah umar
Bin Abdul Aziz. Walau mungkin pemikiran-pemikran kami tidaklah
secermerlangnya pemikiran Hasan Al-Banna dan sederetan muridnya-muridnya.
Karena kita punya ukuran yang tak serupa, kita memiliki latar belakang yang
berlainan . “Maka, jangan mengukur orang lain dengan baju kita sendiri atau
baju milik tokoh lain lagi. Setiap manusia tetaplah dirinya, tidak ada yang
berhak memaksa sesama untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya. Karena
ukuran kita tak sama (Salim A. Fillah)”. Karena itulah kami mencoba untuk terus
bergerak menebarkan kebaikan dengan kekuatan sekecil apapun yang dimiliki.
Biarlah kemudian Allah, Rasul, serta orang-orang yang beriman yakan akan
menilai gerak perjuangan kami.
Bahkan, mungkin akan ditemukan berbagai kecacatan dalam perjalan kami,
ataupun noda-noda lainya yang mengotori langkah ini. Karena memang perintis di
jalan ini bukanlah para malaikat dan nabi. Walau yang kami perjuangkan itu
memang sebuah kebenaran, memang betul yang kami tebarkan itu adalah risalah suci. Tapi, ini adalah jalan
hamba. Hamba yang selalu diikuti oleh nafsu. Namun, perintis jalan ini adalah
hamba yang berusaha untuk berjalan pada
lorong yang sama dengan lorongnya para nabi, berjalan pada jalan yang sama
dengan jalanya para sahabat-sahabt nabi. Yaitu jalan yang lurus yang membawa
pada syurga yang hakiki. Sekalipun itu yang selalu kami usahakan, namun
terkadang tak dapat juga menghindar dari kecacatan. Maka, janganlah heran jika
nanti dikisah ini akan ditemui kecacatan dalam perjalanan dakwah kami.
PELUKAN ITU…
Sejak awal masuk kuliah saya sudah
mencari-cari informasi tentang LDK Ar-Risalah. Karena memang sebelumnya kakak
saya yang kuliah di IAIN sering menceritakan tentang LDK tapi hanya sepenggal saja. Entah kenapa ketika memasuki
bangku perkuliahan di IAIN rasa penasaran pun semakin mendalam sehingga
sederetan pertanyaan muncul dalam benak saya. “memangnya LDK itu seperti apa ya? “Katanya kakak-kakak disitu shaleh-shalehah, Benarkah seperti itu? Dan katanya
lagi kalau mereka berinteraksi antara laki-laki dengan perempuan begitu terjaga
karena pakai hijab, benarkah?. Pertanyaan-pertanyaan ini terus memacu saya untuk
mencari informasi.
Akhirnya, saya pun berhasil mendaftar
dan lulus seleksi. Ketika itu sekret Ar-Risalah masih berlokasi di daerah
Lamgugop. Dan, saat pertama kali saya ke
sekret untuk mengikuti screening test,sedikit tercengang melihat sehelai kain
yang berukuran panjang di bentangkan di tengah-tengah ruangan. Hati saya bertanya
“ kain apa ini”? tiba-tiba teringatlah dengan sebuah kata” HIJAB”. Hati saya
pun bergumam. “Hmm…mungkin ini yang namanya hijab”. Dan ternyata benar, itulah
hijab. Para akhwat dan ihkwan berinteraksi dengan dibatasi oleh hijab tersebut.
Hari puncak acara open recrutment pun
tiba yaitu acara Study Intesnif Dasar Dakwah Insan Qur’ani atau sering
disingkat dengan SIDDIQ. SIDDIQ yang saya ikuti adalah SIDDIQ yang ke 22. Kali ini, acara puncaknya itu di
daerah lepung, lhoknga. Dan ini untuk pertama kalinya saya bermain di lokasi
yang hampir mirip dengan hutan. Tapi, nggak mirip juga lah… J karena ternyata pemandangannya indah
ditambah dengan percikan air yang mengalir sungai-sungai kecil. Dan kami diminta untuk melewati sungai-sungai
itu. Yang paling menakutkan dan membuat jantung saya hampir copot (baca: sedikit lebay :D )
adalah saat di instruksikann untuk berenang. “MasyaAllah, ini bunuh diri
namanya, saya nggak bias berenangggggg”, hati saya protes. Dan di seberang
lautan sana, eh salah. Di sebrang sungai maksundya. Kakak-kakak panitia terus
berteriak “ayo dek, cepat, jangan takut, kan ada pelampungnya. Ayo, pasti bisa !”.
“Tapi, mau dipakai pelampung setebal apapun tetap saja nggak berani kak” hati saya
protes lagi. Karena melihat beberapa teman saya sudah berhasil, akhiranya
bismillah terus sambil memenjamkan mata. Daaaan, Alhamdulillah saya pun
berhasil, walau sudah hampir sesak di dalam air. Pengalaman pertama yang
mengerikan bagi saya.
Singkat
cerita, acara SIDDIQ pun selesai. Dan sejak itu saya mulai sedikit aktif di
acara LDK. Tidak lama selang dari selesainya acara SIDDIQ saya pun di amanahkan
sebagai anggota bidang An-Nisa. Pada waktu itu ketua Bidang An-Nisa nya adalah
kak Aminazira dan sebagai wakilnya adalah kak Irsalina. Dan, hal paling saya
senangi dengan kakak-kakak LDK adalah Ukhwahnya yang begitu kuat. Pernah, suatu
hari saya harus berjalan kaki untuk ke sekret di tambah cuaca yang panas,
ditambah lagi dengan masalah keuangan yang sedang menipis(baca: biasa anak kos) yang membuat
kondisi hati saya sangat kacau. Perasaan hati yang begitu berantakan itu mengajak mata
saya untuk meneteskan tetesan bening. Tapi,
Sesampai di sekret, wajah ceria itu itu menyembut saya dan
berkata :
“Assalaku’alaikum adek.., apa kabar
(sambil cipika-cipiki dan berpelukan)
“Alhamdulillah kak, baik..(padahal hatinya lagi kacau)” Sahutku.
Seketika itu pula perasaan menjadi tenang. Pelukan itu seakan-akan mengurai
rasa lelahnya berjalan kaki menuju sekret, wajah ceria itu seakan-akan meluluhkan kekacauan perasaan di hati, dan
sambutan lembut itu seakan-akan memecahkan kebekuaan permasalahan. Bagaikan ada
kekuatan yang mengalir dari pelukan itu. Itulah pelukan ukhwah. Pelukan yang bagaikan
magnet menarik kutub hati untuk terus menyatu. Dan ini menjadi ciri para akhwat
LDK. Maka jangan heran, jika melihat anak-anak LDK begitu mesra-mesranya dengan
sahabat-sahabat akhwat (kalau ada akhwat yang mesra dengan ikhwan, nah….itu
yang PATUT DIHERANKAN). Tidak hanya disekret, jumpa di kampus dan dimanapun itu
tetap tidak melupakan “pelukan Ukhwah”. Jikapun ada sebagian orang memandang
aneh dengan kemesran ukhwah ini, biarlah. Karena keanehan ini telah
menuumbuhkan cinta diantara kita. J
Bersammbung
`
Tidak ada komentar:
Posting Komentar