Jumat, 18 Januari 2013

Jejak Langkah Bersama LDK Ar-Risalah



Sebab, telah banyak kisah yang telah terukir di jalan ini. Rasa bahagia, sedih, lelah, air mata bahkan mungkin tetesan darah.  Semua rasa itu pernah mewarnai perjalan ini. Dan, mungkin kita tidak dapat berjumpa untuk saling menyapa dan saling mengenal, tidak dapat bertemu untuk saling berbagi kisah bahagia, perih dan pilunya perjuangan ini. Dengan goresan pena ini penulis berharap dapat mengabadikan kisah perjuangan dakwah bersama mujahid/mujahidah Ar-Risalah dan berbagi inspirasi serta pengalaman dengan  pembaca semuanya. Jikapun ajalnya menjemput--tentu pasti akan dijemput--, Semoga tarian pena ini menjadi penyemangat bagi siapapun pembaca yang akan meneruskan perjuangan ini. Sebab, tulisan itu lebih abadi daripada ucapan lisan. Karena itulah saya menuliskan jejak perjuangan ini.
 Walau mungkin kisah ini tidaklah sehebat kisahya para nabi, para syuhada-syuhada yang  telah gugur di jalan dakwah ini. Walau mungkin masa kepengerusun kami  tidaklah segemilang masa kepengurusan dulu atau tidak segemilangnya masa Rasulullah, masa kepemimpinan  khalifah umar bin khattab atau kahlifah umar Bin Abdul  Aziz.  Walau mungkin pemikiran-pemikran kami tidaklah secermerlangnya pemikiran Hasan Al-Banna dan sederetan muridnya-muridnya. Karena kita punya ukuran yang tak serupa, kita memiliki latar belakang yang berlainan . “Maka, jangan mengukur orang lain dengan baju kita sendiri atau baju milik tokoh lain lagi. Setiap manusia tetaplah dirinya, tidak ada yang berhak memaksa sesama untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya. Karena ukuran kita tak sama (Salim A. Fillah)”. Karena itulah kami mencoba untuk terus bergerak menebarkan kebaikan dengan kekuatan sekecil apapun yang dimiliki. Biarlah kemudian Allah, Rasul, serta orang-orang yang beriman yakan akan menilai gerak perjuangan kami.

Bahkan, mungkin akan ditemukan  berbagai kecacatan dalam perjalan kami, ataupun noda-noda lainya yang mengotori langkah ini. Karena memang perintis di jalan ini bukanlah para malaikat dan nabi. Walau yang kami perjuangkan itu memang sebuah kebenaran, memang betul yang kami tebarkan itu  adalah risalah suci. Tapi, ini adalah jalan hamba. Hamba yang selalu diikuti oleh nafsu. Namun, perintis jalan ini adalah hamba yang  berusaha untuk berjalan pada lorong yang sama dengan lorongnya para nabi, berjalan pada jalan yang sama dengan jalanya para sahabat-sahabt nabi. Yaitu jalan yang lurus yang membawa pada syurga yang hakiki. Sekalipun itu yang selalu kami usahakan, namun terkadang tak dapat juga menghindar dari kecacatan. Maka, janganlah heran jika nanti dikisah ini akan ditemui kecacatan dalam perjalanan dakwah kami.
PELUKAN ITU…
Sejak awal masuk kuliah saya sudah mencari-cari informasi tentang LDK Ar-Risalah. Karena memang sebelumnya kakak saya yang kuliah di IAIN sering menceritakan tentang LDK tapi hanya sepenggal  saja.  Entah kenapa ketika memasuki bangku perkuliahan di IAIN rasa penasaran pun semakin mendalam sehingga sederetan pertanyaan muncul dalam benak saya. “memangnya LDK itu seperti apa ya? “Katanya kakak-kakak disitu shaleh-shalehah, Benarkah seperti itu? Dan katanya lagi kalau mereka berinteraksi antara laki-laki dengan perempuan begitu terjaga karena pakai hijab, benarkah?. Pertanyaan-pertanyaan ini terus memacu saya untuk mencari informasi. 
Akhirnya, saya pun berhasil mendaftar dan lulus seleksi. Ketika itu sekret Ar-Risalah masih berlokasi di daerah Lamgugop.  Dan, saat pertama kali saya ke sekret untuk mengikuti screening test,sedikit tercengang melihat sehelai kain yang berukuran panjang di bentangkan di tengah-tengah ruangan. Hati saya bertanya “ kain apa ini”? tiba-tiba teringatlah dengan sebuah kata” HIJAB”. Hati saya pun bergumam. “Hmm…mungkin ini yang namanya hijab”. Dan ternyata benar, itulah hijab. Para akhwat dan ihkwan berinteraksi dengan dibatasi oleh hijab tersebut.
Hari puncak acara open recrutment pun tiba yaitu acara Study Intesnif Dasar Dakwah Insan Qur’ani atau sering disingkat dengan SIDDIQ. SIDDIQ yang saya ikuti adalah SIDDIQ  yang ke 22. Kali ini, acara puncaknya itu di daerah lepung, lhoknga. Dan ini untuk pertama kalinya saya bermain di lokasi yang hampir mirip dengan hutan. Tapi, nggak mirip  juga lah… J karena ternyata pemandangannya indah ditambah dengan percikan air yang mengalir sungai-sungai kecil. Dan kami diminta untuk melewati sungai-sungai itu. Yang paling menakutkan dan membuat jantung saya hampir copot (baca: sedikit lebay :D ) adalah saat di instruksikann untuk berenang. “MasyaAllah, ini bunuh diri namanya, saya nggak bias berenangggggg”, hati saya protes. Dan di seberang lautan sana, eh salah. Di sebrang sungai maksundya. Kakak-kakak panitia terus berteriak “ayo dek, cepat, jangan takut,  kan ada pelampungnya. Ayo, pasti bisa !”. “Tapi, mau dipakai pelampung setebal apapun tetap saja nggak berani kak” hati saya protes lagi. Karena melihat beberapa teman saya sudah berhasil, akhiranya bismillah terus sambil memenjamkan mata. Daaaan, Alhamdulillah saya pun berhasil, walau sudah hampir sesak di dalam air. Pengalaman pertama yang mengerikan bagi saya.
            Singkat cerita, acara SIDDIQ pun selesai. Dan sejak itu saya mulai sedikit aktif di acara LDK. Tidak lama selang dari selesainya acara SIDDIQ saya pun di amanahkan sebagai anggota bidang An-Nisa. Pada waktu itu ketua Bidang An-Nisa nya adalah kak Aminazira dan sebagai wakilnya adalah kak Irsalina. Dan, hal paling saya senangi dengan kakak-kakak LDK adalah Ukhwahnya yang begitu kuat. Pernah, suatu hari saya harus berjalan kaki untuk ke sekret di tambah cuaca yang panas, ditambah lagi dengan masalah keuangan yang sedang menipis(baca: biasa anak kos) yang membuat kondisi hati saya sangat kacau. Perasaan hati yang begitu berantakan itu mengajak mata saya untuk meneteskan tetesan bening. Tapi,  Sesampai di sekret,  wajah ceria itu  itu menyembut saya dan berkata :
“Assalaku’alaikum adek.., apa kabar (sambil cipika-cipiki dan berpelukan)
“Alhamdulillah kak, baik..(padahal hatinya lagi kacau)” Sahutku. Seketika itu pula perasaan menjadi tenang. Pelukan itu seakan-akan mengurai rasa lelahnya berjalan kaki menuju sekret, wajah ceria itu seakan-akan  meluluhkan kekacauan perasaan di hati, dan sambutan lembut itu seakan-akan memecahkan kebekuaan permasalahan. Bagaikan ada kekuatan yang mengalir dari pelukan itu. Itulah pelukan ukhwah. Pelukan yang bagaikan magnet menarik kutub hati untuk terus menyatu. Dan ini menjadi ciri para akhwat LDK. Maka jangan heran, jika melihat anak-anak LDK begitu mesra-mesranya dengan sahabat-sahabat akhwat (kalau ada akhwat yang mesra dengan ikhwan, nah….itu yang PATUT DIHERANKAN). Tidak hanya disekret, jumpa di kampus dan dimanapun itu tetap tidak melupakan “pelukan Ukhwah”. Jikapun ada sebagian orang memandang aneh dengan kemesran ukhwah ini, biarlah. Karena keanehan ini telah menuumbuhkan cinta diantara kita. J
Bersammbung

`
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar