Sabtu, 11 Februari 2012

Segumpalan Cahaya dari Rumah Cahaya


Segumpalan Cahaya dari Rumah Cahaya

Minggu, tepatnya tanggal 5 Februari 2012 jam 09.00 terlihat segumpalan cahaya di lorong Kepula II Desa lambaro skep. Cahaya itu muncul dari sebuah rumah yang sering disebut rumah cayaha atau panggilan akrannya RUMCAY. Nama yang indah bukan? Jarang-jarang loh ada rumah yang namanya se KEREN ini. Siapa ya yang namain rumah ini dengan Rumcay?? ( tiba-tiba sebuah pertanyaan menyebarangi jalan pikiranku
:) )

Ya ! pagi itu ada cahaya di Rumcay. Bukan…bukan cahaya Lampu Philips. Bukan juga kebakaran atau cahaya Api. Bukan juga cahaya lampu mobil atau sepeda motor. Apalagi cahaya lampu Lalu lintas yang warna merah, kuning, hijau itu. Bukan….!! Sekali lagi saya katakan Bukan..!! bukan cahaya itu yang ku maksud.   Trus cahaya apa juga dong? Ayok tebak…..., ne kuis berhadiah loh.hehe
Cayaha itu adalah Imu. Imam syafi’i pernah berkata “ Al-Ilmu Nuur wa Nuurullah La Yuhda Lil ‘Aashi”. (loh..,  kok ceramah ya disini? Ne bukan ceramah tapi Khutbah Nikah.hehe)
Ya..!, Ilmu itu cahaya begitulah kata Imam Syafi’I dan Cahaya Allah tidak diberikan kepada orang-orang yang bermaksiat. Ayo…siapa yang mau dapet ilmu? Katakan “ NO DO MAKSIAT”.
Ok..kita lanjut. Hari itu anggota keluarga lama FLP kembali menebarkan cahaya kepada anggota keluarga barunya. Usai penebaran cahaya pertama yang ditebarkan oleh Syeih Beni, kali ini FLP juga kembali menebarkan cahaya yang kedua. Siapakah penebar  cahaya kita kali ini….?? 

ini dia penebar cahaya kita kali ini bernama Syeik ISR? Apa tu ISR? ISR itu ibu syahri Ramadhan. Ayok tepuk tangan para penonton semua. Prok….prok….prok……(penonton dengan semangatnya menyambut penebar cahaya kita kali ini)
suit….suit…..suit….
eh…ternyata ada yang suit-suitan juga. Subhanallah ya :)
Assalamu’alaikaum warahmatullahi wabarakatuh….(Syeikh ISR mulai bersuara)
kenalkan, nama saya ISR. Kali ini saya akan menebarkan cahaya kepada temen-temen semua. Cahaya yang ingin saya tebarkan pada hari ini adalah cahaya cinta (cieeaalaa…..).
“ Eh bang, kok cahaya cinta?”
“ Moderator membantah.
Loh…bukannya kau bilang cahaya cinta?
“alah abang ne.., bukan bang. “Mereka berbisik berdua.
Terus cahaya apa dong. ?
“Cahaya batasan bang” jawab moderator.
“Ah… Cahaya batasan, maksudnya?
 Maksudnya Cahaya batasan-batasan dalam menulis. Jawab moderator.
“ itulah yang kumaksud cahaya cinta. "Cahaya Cinta dalam menulis" jawab Syeikh Ibnu..
“oh ya ya…lanjutkan” kata Mod
ISR mulai menyusun kata-kata untuk ditebarkan kepada pendegar.
"Ok…temen-temen sekalian. Dalam dunia menulis kita juga ada batasan. Jadi, nggak boleh sembarang nyelowong ke dunia sana sani. Eh…salah, sini maksudnya.  Dalam menulis,  batasan pertama adalah niat. Sama halnya dengan aktivias lainnya. Apakah niatnya karena ingin terkenal? Ingin kaya? Atau sekedar melepaskan amarah saja? .Sebagai penulis muslim, maka niat menulisnya haruslah karena Allah. Kita jadikan tulisan sebagai ladang dakwah, dakwah bil qalam atau dakwah lewat pena.( ini ne baru namanya cermah
:) ). Jadi, menulis bukan hanya sekedar melepaskan emosi, bukan sekedar seni tapi untuk mencerahkan pemikiran orang dan untuk beribadah. Mbak Helvy Tiana Rosa pernah berkata “ kalau tulisan kita tidak mencerahkan orang lain, paling tidak  tulisan kita tidak membuat orang lain menjadi lebih buruk”.
Ok…kita break dulu, tetaplah bersama kami “segumpalan Cahaya  dari Rumah Cahaya” ( bunda Riza Rahmi lewat sambil berkata “permisi…, maaf  ya”:) )

ok…kita lanjutkan.
Syeikh ISR kembali menebarkan cercah-cercah cahaya.
Dalam menulis, kita juga perlu menentukan tujuan kita menulis dan pesan-pesan yang ingin di sampaikan. Hal yang terpenting dalam menulis adalah tersampainya pesan-pesan penulis kepada pembaca. Tentunya pesan-pesan kebaikan dong . Kita tidak perlu khawatir  tulisan-tulisan kita hanya tulisan biasa-biasa saja, karena bisa jadi tulisan-tulisan yang di anggap biasa-biasa saja itu menyentuh orang-orang yang di luar sana.( di luar mana ne syeikh?  pokoknya di luar sana. ). Sekarang saya Tanya, tulisan sia…..” Assalamu’alaikum…” kata-kata syeikh Ibnu terputus dengan kedatangan tamu-tamu baru. Ada Ustaz Rahmat, Ust Baiquni dan tamu-tamu lainnya.

ok…kita lanjut. Siapakah tuli…..”assalamu’alaikum”. pertanyaan Syeikh Ibnu kembali terputus.
kali ini , yang memutuskan pertanyaan itu sosok yang belum ku kenal.

ok...kita lajutktulan. tulisan siapakah yang paling menyentuh di dunia ini? Untuk pertanyaan ini saya menjawabnya adalah “tulisan anak kecil”. (loh..tanyak sendiri kok jawab sendiri ge).  Karena…..karena anak kecil itu lucu. Eh..bukan. Karena anak kecil itu polos dan jujur. Dia akan menulis apa saja yang dilihatnya.  (kurang lebih seperti itu)

***
Jam pun menunjukkan pukul 11.00 itu artinya sisa waktu untuk kelas cahaya menulis kali ini tinggal satu jam lagi. Ada beberapa cahaya lain yang menembus jiwaku. Cahaya itu di tebarkan oleh Ustaz Erha Fitriadi. Cahaya itu kusebut dengan cahaya sastra. Beliau berkata “jika ingin belajar sastra, belajarlah dari sastra dari sastra Al-Qur’an.”(Ok boss…, bisik hatiku). Tiba-tiba seorang perempuan juga ikut menebarkan cahaya. Siapakah perempuan tersebut? Dia adalah bunda kita Riza Rahmi. Ku namai cahayanya dengan cahaya kompetisi. Katanya “jangan sampai motivasi untuk menang dalam lomba menulis lantas kita melegalkan segala cara untuk mewujudkannya.” kurang lebih seperti itu.


Jarum jam terus berdetak, tepat pukul 11.45 kami pulang. Dan tentunya dengan membawa segumpalan cahaya dari Rumah Cahaya. Cahaya itu kujadikan petunjuk bagiku dalam menulis. InsyaAllah cahaya itu akan jadi penerang yang  menerangi gelapnya jalanku dalam dunia menulis.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar