Merasa baru saja beberapa hari yang lalu melangkah ke Banda Aceh. Mendaftar
dari kampus ke kampus dalam kecemasan hati akan masa depan perkuliahan. Membayar uang pendaftaran, mengisi formulir,
menjawab soal-soal tes ujian, menanti pengumuman, berpamitan dengan mak,
yah,nenek, kakek, ummi, tengku, daaan sanak saudara lainnya pada saat
keberangkatan pertama. Ah, serasa baru saja.
Dan kemaren saat berjumpa dengan seketaris jurusan SMI ( HES) beliau berkata ”Dah
bisa judul ini majidah, apalagi sudah disetujui sama Pak Yasir (Wakil Dekan 1),
disiapkan terus proposal skripsinya biar bisa cepat seminar.” Tentu saya sangat
senang dan bersyukur. Tahap awal untuk menyelesaikan tugas akhir alias skripsi
pun sudah di mulai. Ya, saya baru memulai sedangkan beberapa kawan lainnya
sudah melangkah dalam jarak yang sangat jauh. Ada yang sedang menanti SK
pembimbing, ada yang sudah dapat pembimbing bahkan ada yang sudah menulis BAB
II. Woow banget, saya ketinggalan. Hehe. Ok, Tak pa, Semangat! ^_^
Usai jumpa dengan Ketua Lab (Buk Nevi) tiba-tiba saja saya teringat
tentang ini. Tentang episode ketidakpastian yang telah saya lewati. Tentang perjalanan
kuliah selama ini. Serasa begitu cepat waktu ini berjalanan yang pada akhirnya
mengantarkan saya sampai tiba di semester
7 saat ini. Alhamdulilllah, Allah masih mengizinkan saya menjadi salah satu
penduduk bumi yang masih bisa menikmati tahapan kehidupan ini. Yang masih
membersamai orang-orang yang saya cintai. Dan masih dapat mengukir jejak-jejak di salah satu bagian bumi
Allah ini.
Namun, saat itu pula perasaan saya bercampur aduk antara senang dan
cemas. Senang karena sebentar lagi
InsyaAllah akan seminar Proposal Skripsi. InsyaAllah. Cemas, karena saya belum
tau tentang cerita episode kehidupan saya selanjutnya. Sebab, yang terbayang bahwa hari-hari kedepan akan semakin berat. Tuntutan untuk lebih mandiri,
lebih kuat, lebih tegar sangatlah besar usai perkuliahan. Karena, sudah sangat
tidak wajar jika masih bergantung dengan orang tua. Apalagi setelah sekian
tahun memberikan apapun yang kita butuhkan.
Walau, cita-cita untuk
menyambung kuliah S2 itu telah terbenam dalam hati, namum perasaan cemas itu
hadir karena ketidakpastian akan kelulusan. Apa lagi biaya kuliah S2 itu tidak
tergolong sedikit. Kecuali lulus beasiswa. Tapi jika tidak lulus, apa saya harus
pontang panting bekerja keras untuk mendapatkan uang?, lalu menabung
di Bank untuk membiayai kuliah S2?. Mungkin saja. Tapi berkerja sebagai
apa? Atau Ikut PNS?, kalau nggak lulus
gimana? Ah, saya benar-benar tidak tahu. Atauuuu, usai kuliah saya akaaaann,
“Ehem”. Hehe, Tidak perlu dijabarkan lebih lanjut. ^_^
Yang jelas, sama sekali
belum ada jawaban tentang masa depan saya nanti. Tapi, kuliah ini harus
diselesaikan secepatnya. Minimal, satu lagi episode kehidupan akan terlewati.
Tinggal merancang dan menata episode kehidupan berikutnya. Tentu, untuk meraih
masa depan yang baik tidak lah semudah menyoret kertas-kertas putih dalam
merangkai mimpi-mimpi.
Sama halnya ketika dulu, setelah selesai Sekolah di SMAN 1
Seunagan. Ada kecemasan tentang masa depan. Tentang Kuliah S1. Ditambah
pertentangan antara keinginan saya menjadi dokter dengan keinginan orang tua
untuk tidak kuliah disitu. Lebih tepat nya bukan mereka menentang, tapi tidak
menyetujuinya karena keuangan orang tua yang tidak mencukupi. Dan, pada
akhirnya saya harus melupakan keinginan dan cita-cita tersebut. Walau, sudah
jauh hari berusaha mencintai pelajaran Biologi dengan harapan keinginan ini
terwujud.
Oke, Lupakan!, ketika itu saya berusaha melupakan impian ini. anggap
saja keinginan menjadi dokter itu tidak pernah menjadi bagian dari impian saya.
Walau sebenarnya kecemburuan akan kelulusan teman-teman di kedokekteran itu
tetap ada. Akhirnya beralih ke IAIN. Kegalauan memilih jurusan pun melanda. “Kalau
jurusan ini, nanti kerjanya apa bang?” Tanya saya sama abang. Waktu itu Abang
adalah salah seorang konsultan setia bagi saya dalam memilih jurusan, kos dll.
Singkat cerita, saya lulus di pilihan pertama yaitu jurusan SMI.
Jurusan yang di usulkan oleh Abang. Yang saya tahu ketika itu bahwa selesai
dari jurusan SMI nanti salah satu keuntungannya adalah bisa kerja di Bank (Pemahaman saya ketika itu). Dan
jurusan SMI juga salah satu jurusan terfavorit di IAIN setelah TEN. Karena
pertimbangan inilah saya semakin yakin untuk mendaftar ulang di jurusan ini.
Walau saya sendiri masih bingung dengan jurusan ini. Dari namanya aja saya
bingung apa artinya “Syari’ah Mu’amalah wal Iqtishad”. Tapi, Alhamdulillah saya
memiliki abang yang bisa menterjemahkannya. Makasih brother. Hehe
Waktu pun terus berlanjut, hingga tiba masa dimana saya menemukan
ketidak kesenangan akan beberapa mata kuliah di SMI. Hukum pidana, hukum adat,
hukum perdata, hukum dagang. Hafal undang undang inilah, itulah. Belum lagi
undang-undang yang direvisi dari masa ke masa. Pastinya banyak perubahan dan harus
diingat. Muali dari nomot nya, pasal, tahun. Aaggrh, “Kenapa jurusan kita
belajar hukum ya?” tanyak saya dalam hati. Katanya ekonomi Islam, kenapa nggak
fokus saja ke mata kuliah yang berkaitan dengan ekonomi?. Rasa penasaran saya
ini menuntut saya bertanya ke kakak-kakak leting. Dan akhirnya saya menemukan
jawaban. “Karena kita jurusan Hukum Ekonomi Islam dek” kata mereka.
Ditambah lagi dengan mata kuliah Matematika Ekonomi, Akuntansi. Ah,
jumpa lagi dengan yang namanya ngitung-mengitung. Untuk mata kuliah ini bukan
nggak suka, tapi saya laaaamaa kali loading nya dalam soal ngitung-mengitung.
Harus belajar keras!
Yaaah, serumit apapun itu
saya masih bertahan di jurusan ini. Alhamdulillah. Walaupun untuk jatuh cinta
pada beberapa mata kulih jurusan ini benar-benar membutuhkan perjuangan. Entah,
serasa masih sangat sedikit ilmu yang dimiliki tentang segala hal yang pernah
diajarkan dosen.
Seperti itulah, cerita singkat tentang episode ketidakpastian yang telah saya lewati. Walau pada akhirnya tidak semua berjalan sesuai dengan
impian. Namun, Allah selalu senantiasa memberikan jalan terbaik. Meskipun,
terkadang untuk memahami maksud baik dari pemberian Allah itu membutuhkan
waktu. Karena hikmah itu seringkali hadir disaat kita sedang menjalani terpaan
takdir yang telah Allah beri.
Dan
setiap orang merasakan ketidakpastian ini. Saya, anda dan kita semua pernah
merasakan kecemasan akan ketidakpastian ini. Namun, kita tidak
boleh menyimpan banyak kekhawatiran. Tidak boleh. Masa depan, jodoh,rezeki,
dan apapun itu yang masih dalam ketidakpastian, tidaklah merenggut kebahagian
dari kita. Yang perlu kita lakukan dalam ketidakpastian ini adalah Bergerak, dan terus bergerak. Terus melaju, melewati episode kehidupan ini. Karena
mendiamkan diri akan membuat selamanya kita berada dalam ketidakpastian. Dan bergerak,
akan mengantarkan kita paa jawaba-jawabn tentang ketidakpastian.
Yang perlu kita lakukan adalah menata dengan baik
hari-hari yang kita lewati dan merancang mimpi-mimpi masa depan. Walau pada akhirnya
kehendak-Nya lah yang akan terealisasi. Apapun yang terjadi, bagaimanapun
kondisi dan situasi, kita harus selalu menyiapkan hati untuk ridha dengan
segala ketetapan Ilahi. Kita harus siap dengan terpaan takdir yang akan
terjadi. Siapalah kita yang mampu melawan kehendak-Nya.
Karena sejatinya sekecil apapun kekuatan yang kami punya adalah pinjaman-Nya
semata. Semoga kita dapat menemukan kebahagian dalam ketidakpastian. Aamiin
Wahai Rabb pemilik diri
Hadirkan kedamaian dalam ketidakpastian ini
Hingga kami dapat melewati setiap episode kehidupan dengan baik
Dengan tetap berada dalam keridhaan-Mu Ilahi
Wahai Rabb pemegang segala kunci rahasia kehidupan
Masa depan ada dalam genggaman-Mu
Rezeki dalam penguasaan-Mu
Pun begitu juga jodoh
Tetap dalam peluk-Mu
Berikan yang terbaik untuk kami
Karena Engkau lebih mengerti
Sedang kami, tentang diri sendiri terkadang tidak seberapa
memahami
Wahai Rabb
Bersama-Mu selalu ada ketenangan
Sebab itu, jangan Engaku abaikan kami sendiri di dunia ini
Meraba tanpa cahaya petunjuk-Mu Allah
Jangan !
Karena kami tidak akan pernah mampu melewati ini sendiri
Dunia ini terlalu bising ya Rabb
Dunia ini terlalu gaduh..
Sebab itu, jangan biarkan Dunia ini menempati posisi di hati
Cukup di tangan kami
Karena tidak ada ketenangan dan kedamaian jika ia mengakar
disini
Di hati kami ya Rabb.
Bersama-Mu, dalam Naungan-Mu, dalam keridhaan-Mu
Itulah yang selalu kami harapkan.
Wahai pemilik kekuatan
Mudahkanlah segala urusan kami
Dalam menata hari-hari
Menuju kebahagian duniawi dan ukhrawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar